Juventus. Cerita dimulai saat semua orang disekitarku berbicara tentang sepak bola. Sekitar tahun 1998, saat aku masih duduk di bangku kelas 5 SD. Saat itu pula aku memutuskan untuk menjadi seorang penggemar sepak bola. Pada tahun tersebut, Liga Italia Serie-A adalah satu-satunya siaran liga Eropa yang bs kusaksikan. Pada suatu malam, sebuah pertandingan terjadi. Juventus sedang bertanding dengan klub yang aku sudah lupa. Juventus menang, dan aku merasa gembira sekali atas kemenangannya. Rasa gembira yang membuncah di dalam dada. Rasa gembira yang berbeda dan aneh. Sejak saat itu, aku seorang Juventini. Sebuah cinta pada pandangan pertama.
Saat itu aku hanya jadi penggemar yang biasa saja. Hanya menonton pertandingan-pertandingan mereka di TV. Namun saat aku SMP, rasa suka terhadap Juventus semakin tinggi. Aku mulai menyimak setiap berita-berita tentang Juventus. Dari koran maupun dari TV.
Setiap Selasa dan Sabtu di kampungku ada 'pasaran'. Aku yang seorang newbie Juventini ini jadi seorang yang gemar mengoleksi poster-poster pemain Juventus. Kutempel poster skuad favoritku di dinding kamar. Terlihat biasa, tapi tidak bagiku. Melihat poster itu, aku jadi ingat bagaimana para pemain Juventus berlari-lari di lapangan dengan penuh semangat. Lari mengejar kemenangan, mengejar impian, untuk menjadi juara Italia. Ingatan yang kemudian membangkitkan semangatku setiap pagi untuk ikut pula bersemangat dalam mengejar impian.
Diantara sejuta pesona Juventus, Alessandro Del Piero tentu saja yang paling mempesona. Attacante, goal scorer. Juventus adalah Del Piero, Del Piero adalah Juventus. Sebuah mindset yang tertanam kuat hingga saat ini. Del Piero adalah alasan mengapa harus Juventus yang kupilih.
Belum pernah sekalipun aku melihat Del Piero bermain tanpa semangat. Tak selalu mencetak gol, tapi selalu memberikan 100% kemampuannya di lapangan. Sebuah semangat yang menurutku hanya bisa disamai oleh Pavel Nedved dan Ryan Giggs.
Dan malam itu, Senin, 13 Mei 2012. Pemain favorit sepanjang masa menjalani laga Serie-A terakhirnya. Sesak rasa di dada. Membayangkan di masa depan aku tak akan lagi melihat Del Piero bermain bersama Juventus. Kontraknya berakhir, namun Del Piero masih ingin bermain bola. Yang menjadi pertanyaan adalah, setelah 19 tahun bersama Juventus, tidakkah Agnelli, Marotta, dan Conte seharusnya mencintai Del Piero sama seperti kami mencintainya? Mengapa kontraknya tidak diperpanjang dan memintanya pensiun bersama klub yang sudah mendarah-daging baginya?
Malam itu, Del Piero bermain dengan indah, sama seperti pertandingan-pertandingan lainnya. Bahkan mencetak sebuah gol cantik dari tentangan kerasnya. Dan sebuah selebrasi gol yang tak biasa pun terjadi. Semua pemain berkumpul, melakukan group-hug, dan tanpa hingar bingar ataupun teriakan. Mereka hanya berpelukan dan terdiam. Seolah saling berkata, "Seperti inilah kita akan selalu bermain. Penuh semangat dan menang." Selebrasi tak biasa, yang akan terus ku kenang.
Pelatih kemudian mengganti Del Piero dengan Simone Pepe. Saat melangkah keluar lapangan, semua yang ada di lapangan menjabat tangannya dan memberikan sebuah tepukan di bahu. Termasuk pemain Atalanta dan wasit. See? Everybody loves you Ale!
Untungnya kita semua memberikan kado perpisahan yang terindah. Sebuah scudetto. Dan Sang Raja pun memberikan sebuah gol sebagai salam perpisahan, gol cantik yang akan selalu kita kenang.
Del Piero kemudian melakukan Lap Of Honor, mengelilingi lapangan sambil melambaikan tangannya kepada supporter. Semua memberikan standing ovation, sebagian lagi menitikkan air mata, tak rela dengan kepergian Sang Raja. Demikian pula dengan aku. Mata King Alex yang berkaca-kaca, meluluh lantakkan semua ketegaranku. Del Piero, jangan pergi.
Sebuah puisi perpisahan dibuat oleh Sang Raja, puisi yang berapa kali kubaca pun akan tetap menyesakkan dada.
NOTHING CAN BE BETTER THAN
“Nothing can be better than 8 scudetti
Better than a promotion from Serie B
Better than one Coppa Italia (and let’s hope two)
Better than four Italian Supercoppa
Better than a Champions League
Better than a European Super Cup
Better than a Intercontinental Cup
Better than the goal against Fiorentina
Better than a ‘Del Piero goal’
Better than the goal in Tokyo
Better than my tears
Better than the goal in Bari
Better than the backheel goal in the derby
Better than the goal for L’Avvocato
Better than my tongue out against Inter
Better than the assist for David
Better than goal number 187
Better than the goal in Germany
Better than Berlin
Better than the goals against Frosinone
Better than being the top scorer in B
Better than being the top scorer in A
Better than the the standing ovation at the Bernabeu
Better than 704 games with the same Juventus shirt
Better than 289 goals
Better than a free kick that meant the Scudetto
Better than the Atalanta goal
Better than any record
Better than the number 10 shirt with Del Piero on it
Better than the captain’s armband
Most of all …
Nothing is better than what you all have given me over the past 19 years
I’m glad you smiled, cheered, cried, sang, shouted for me and with me
For me, no color will be stronger than black and white
You have fulfilled my dream. More than anything, today I can only say: THANK YOU
Always by your side,
Alessandro.
Grazzie Ale |
Hati kecilku masih berharap bahwa ini semua adalah candaan dari Agnelli dan Marotta. Berharap di akhir kompetisi mereka akan memperpanjang kontrak Del Piero.
Kalau pun tidak, terima kasih Ale, terima kasih atas segalanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komen Anda mencerminkan diri Anda.