Halaman

Minggu, 20 November 2011

Yang Berjilbab, Yang Disayang Alloh

"Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mu’min: "Hendaklah mereka menjulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka." Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha penyayang.”
(Q.S. Al-Ahzab: 59)


Saat ini pengguna jilbab semakin banyak, semakin populer dan merakyat. Namun (sayangnya) akhir-akhir ini muncul semacam gerakan yang saya sebut dengan mem-fashion-kan jilbab (yang saat ini populer dengan sebutan hijab), sebuah 'gerakan' yang terngiang di telinga saya dengan nama hijabers.

Sudah menjadi rahasia umum bahwa semua wanita selalu ingin tampil cantik. Mulai dari merias wajah hingga 'merias' pakaian. Semua demi mendapatkan satu pengakuan, cantik. Demikian juga bagi para muslimah, mereka juga wanita-wanita yang ingin terlihat cantik, atau (at least) menarik. Mereka pun mulai tak ragu lagi dalam 'merias' penampilannya, termasuk hijabnya.

Berhijab itu hukumnya wajib bagi seorang muslimah. Lalu bagaimana cara berhijab yang benar menurut ajaran Islam? Berikut adalah petunjuk berhijab yang saya rangkum dari hadist shahih dan pendapat para ulama.

1. Menjulur ke bawah sampai menutupi kedua kakinya,
2. Bukanlah pakaian tipis sehingga warna kulit dan lekuk tubuhnya tampak,
3. Tidak menyerupai pakaian wanita kafir,
4. Tidak mencolok dan berwarna yang menarik perhatian (tabarruj),
5. Bukanlah pakaian yang menyerupai laki-laki, seperti celana panjang (luar), dan
6. Tidak memakai wangi-wangian yang sampai menyebarkan bau yang dapat menarik perhatian laki-laki.

Biasanya nasehat semacam ini akan ditanggapi dengan berbagai macam. Ada yang diam, ada yang setuju kemudian mengamalkan, ada yang setuju namun tidak mengamalkan, dan ada pula yang menganggapnya sebagai hal yang esktrim/berlebihan. Saya memanfaatkan hak sekaligus kewajiban saya sebagai sesama muslim untuk saling menasehati. Sebuah nasehat dari hamba Alloh yang tidak sempurna, banyak berbuat dosa, dan masih berjuang agar menjadi muslim yang baik dan benar. Semoga berkenan dan dapat diaplikasikan.

"Barangsiapa memakai pakaian untuk mencari popularitas di dunia, maka Alloh akan menganakan pakaian kehinaan padanya di hari kiamat, kemudian membakarnya di neraka."
H.R. Abu Daud & Ibnu Majah

Miko.
Ceger Raya, 20 November 2011.

Agama yang telah Sempurna

“.... Pada hari ini, telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Kuridhai Islam itu jadi agama bagimu. ....”
Q.S. Al Maidah ayat 3

Menurut KBBI offline versi 1.3, kata sempurna memiliki arti:
1 utuh dan lengkap segalanya (tidak bercacat dan bercela); 2 lengkap; komplet; 3 selesai dng sebaik-baiknya; teratur dng sangat baiknya; 4 baik sekali; terbaik.

Islam adalah agama yang sempurna, lengkap sehingga tidak perlu ditambah-tambahi ataupun dikurangi. Semuanya sudah diatur dalam Islam. Hal-hal yang tidak diatur maka diperbolehkan ijtihad atasnya. Namun, ijtihad juga tidak boleh dilaksanakan oleh sembarang orang. Orang tersebut harus memiliki kapabilitas dalam ber-ijtihad. Hal-hal yang tidak diatur dalam agama maka lihat kaidah umumnya dalam ajaran Islam. Bila kaidah umum membolehkan, maka ia boleh. Jika kaidah umum melarang dan membatasi, maka ia terlarang.

Karena semua hal sudah diatur dalam Islam, tak seharusnya seorang muslim memiliki ‘cara lain’ dalam beribadah. Jilbab sudah ada aturannya, jelas dan dapat dimengerti. Sholat sudah ada aturannya, seharusnya sholat kita tidak berbeda. Demikian pula dalam menetapkan tanggal 1 syawal. Rasululloh sudah memberikan petunjuknya, sudah memberitahu caranya. Sehingga seharusnya tidak ada cara lain dalam menetapkan 1 syawal, tidak dengan sains ataupun label ‘lebih tepat’.
Apakah seorang pembalap F1 masih disebut pembalap F1 jika dia membalap dengan menggunakan motor atau sepeda?
Apakah seorang muslim masih disebut Islam jika dia tidak beribadah sesuai dengan ajaran Islam?

Agama ini telah sempurna, tidak perlu diubah-ubah. Kalau Anda menganggap hal ini kolot dan ekstrim, Anda harus lebih mengenal lagi agama Islam, terutama bila Anda seorang muslim dan menganggap kesempurnaan Islam sebagai sesuatu yang kolot. Bagaimana mungkin Anda beragama Islam, namun tidak yakin bahwa agama ini benar dan sempurna hingga Anda merasa ada hal-hal yang Anda anggap tidak sempurna dan perlu ditambah/dikurangi?!

Surga hanya memiliki satu jalan, Islam. Islam sudah sempurna. Jika ingin masuk surga, maka ikutilah jalan Islam. Jangan diubah-ubah, karena malah akan berbeda dan menyesatkan.

Agama ini telah sempurna. Islam telah sempurna.

Miko.
Ceger Raya, 20 November 2011.

Kamis, 17 November 2011

I Am Dad [Movie Review]


Assalamu'alaikum. Annyeong haseyo...

Kesporadisan saya dalam mendownload film Korea, mempertemukan saya dengan film I Am Dad. Sebuah film yang membuat saya mempertanyakan seberapa kokoh integritas saya. Sampai dimana saya akan bertahan mempertahankan apa yang saya anggap benar?!

Film ini bercerita tentang detektif Han Jong-Shik yang menjadi seorang polisi korup dan gila uang. Namun semua itu dia lakukan karena dia membutuhkan uang yang sangat banyak untuk dapat mengoperasi putrinya yang sakit. Dia menjadi antek gangster untuk mendapatkan komisi atas 'perlindungannya' kepada gangster tersebut. Tak hanya korup, dia juga memfitnah orang atas kesalahan anggota gangster. Sebuah fitnah yang kemudian menghancur leburkan kehidupan Nah Sang-Man, seorang pesulap (seorang ayah dan suami) yang menjadi salah satu korban fitnah Han Jong-Shik.
Han Jong-Shik sangat menyayangi anaknya. Hal yang wajar dan sebuah perasaan yang pasti dimiliki oleh setiap ayah. Namun haruskah Han Jong-Shik melakukan semua hal untuk dapat menyembuhkan anaknya?

Film ini juga memberikan nilai moral dari cerita Nah Sang-Man. Akibat fitnah Han Jong-Shik dia kehilangan istri dan anak yang sangat dicintainya. Nah Sang-Man mengajarkan saya bahwa keinginan balas dendam tidak akan pernah membuat kita hidup tenang. Keikhlasan akan membuat batin kita lega dan lebih bisa menerima kenyataan.

Sebuah film yang menggugah. Bagaimana jika saya berada di posisi Han Jong-Shik? Bagaimana jika saya berada di posisi Nah Sang-Man? Saat inipun saya belum bisa menjawabnya.

Miko.
Ceger Raya, 17 November 2011.

A Man Who Went To Mars [Movie Review]

Assalamu'alaikum. Annyeong haseyo....

Seperti umumnya film Korea, film ini juga punya 'also known as' yaitu A Letter From Mars. Film ini bercerita tentang dua sahabat masa kecil yang (you know lah) akhirnya saling jatuh cinta. Tokoh anak perempuan yaitu So-Hee dan tokoh anak lelakinya bernama Seung Jae.
So-Hee adalah gadis manis nan rapuh yang sangat sayang pada ayah dan neneknya. Suatu hari, ayahnya mengajaknya melihat planet Mars dengan menggunakan teleskopnya. Ayahnya berkata, bahwa orang yang mati sebenarnya tidaklah mati, namun mereka pergi ke Mars. Setelah mengatakan hal ini, keesokan harinya ayah So-Hee meninggal dan memberikan sebuah bola kristal kepada So-Hee. Bila rindu kepada ayahnya, So-Hee akan mengirimkan surat kepada ayahnya. Surat ini tentu saja dikirim ke tempat semua orang mati akan pergi, Mars. A letter to Mars.

Yang menjadi salah satu fokus saya adalah tokoh prianya, Seung Jae. Dia adalah ‘guardian angel’-nya So-Hee. Dialah yang menjaga So-Hee.

1. Membalas Surat So-Hee
So-Hee sering merindukan ayahnya, dan saat merindukan ayahnya, dia akan mengirim surat kepadanya. So-Hee yang lugu mengalamatkan surat itu ke Mars dan memasukkannya ke dalam kotak pos seperti layaknya surat biasa. Mengetahui hal ini, Seung Jae yang sayang pada So-Hee mulai ‘mengikuti’ surat tersebut. Setelah mendapatkan simapti dari Pak Pos, Seung Jae mulai membuat surat balasan untuk So-Hee, tentu saja atas nama ayah So-Hee. Heart-touching. :’)

2. Menenangkan So-Hee Saat Terjebak Hujan
Di sebuah bukit, So-Hee dan Seung Jae sering bermain. Suatu ketika hujan turun dengan derasnya. Mereka berdua berteduh di dalam sebuah gubuk kecil. Petir dan guntur membuat So-Hee ketakutan dan gelisah. Saat itulah kemudian Seung Jae meminta So-Hee untuk mengikutinya menghapalkan perkalian, mengalihkan perhatian So-Hee terhadap petir dan guntur. Luar biasa. Membuat saya bertanya pada diri sendiri, ‘Bisakah saya menenangkan orang yang saya sayangi saat dia gelisah?’ J

3. Mengambil Bola Kristal
Suatu hari bola kristal So-Hee tercebur ke dalam sungai. Seung Jae kemudian menceburkan diri ke sungai untuk mencarikan bola kristal itu. Padahal saat itu sedang musim dingin. Namun Seung Jae gagal menemukan bola kristanya.
Saat tau So-Hee akan diadopsi oleh bibinya yang tinggal di Seoul, Seung Jae kembali ke sungai dan kembali mencari bola kristal itu. Kali ini Seung Jae berhasil menemukannya berkat ‘bantuan’ ayah So-Hee.

4. Menunggu So-Hee Kembali
Singkat cerita, Seung Jae kemudian menjadi seorang Pengantar Surat. Dia setia mengantarkan surat untuk nenek So-Hee dan membantu nenek So-Hee menuliskan surat balasannya. Seung Jae setia menunggu So-Hee kembali dan terus menanti kabar dari So-Hee.

5. Menunggu dan Menjemput Kedatangan So-Hee
So-Hee mengirim surat dan memberitahukan bahwa dia akan pulang ke rumah neneknya. Seung Jae sangat senang mendengar kabar tersebut. Keesokan harinya Seung Jae menunggu kedatangan So-Hee di (semacam) halte bis. Ditengah dinginnya salju, Seung Jae setia menanti bis yang akan membawa So-Hee pulang. Akhirnya So-Hee pun tiba.
Akhirnya So-Hee pulang
Sejak So-Hee pulang, mereka berdua semakin dekat dan Seung Jae semakin mencintai So-Hee. Namun, So-Hee kembali lagi ke Seoul untuk mencari pekerjaan. Seung-Jae pun mengirimkan surat-surat untuk So-Hee.
Kenyataan berkata lain. So-Hee kemudian berkencan dengan atasannya. Seung Jae yang telah menempuh perjalanan jauh untuk bertemu So-Hee merasa hancur hatinya. So-Hee adalah senyum dan semangatnya, namun kini So-Hee telah bersama pria lain.
Suatu hari perusahaan kekasih So-Hee bangkrut, kekasihnya itu kembali ke Amerika dan meninggalkan So-Hee.

6. Mengambilkan Sepatu So-Hee
Pada suatu ketika, saat So-Hee sedang berlari, salah satu sepatunya kembali tercebur di sungai tempat dahulu mereka bermain. Arusnya terlalu deras dan menghanyutkan sepatu So-Hee entah kemana. Sebelah sepatunya lagi tertinggal di kantor pos saat mereka berdua berteduh dari hujan.
Karena akan dibangun sebuah bendungan, semua warga desa harus pindah rumah, termasuk Seung Jae. Namun di tengah perjalanan, Seung Jae yang sangat mencintai kampungnya kembali lagi. Dia kembali ke tempat dimana dia dan So-Hee pernah memancing. Seung Jae pun memancing di sungai tersebut. Kailnya tersangkut sesuatu, Seung Jae lalu menyelam untuk mengambil kailnya. Ternyata kailnya tersangkut di sepatu So-Hee yang dahulu hanyut. Seung Jae kemudian mengambil sepatu itu.

Seorang pengantar surat berdiri di depan rumah So-Hee, So-Hee mengira orang tersebut adalah Seung Jae, namun ternyata bukan. Pengantar surat itu memberikan sebuah paket kepada So-Hee. Sebuah paket yang berisi sepasang sepatu So-Hee. Sebuah paket yang dikirimkan oleh Seung Jae, dari Mars.
 ~ .... ~

Film ini menceritakan tentang pengorbanan yang dilakukan oleh Seung Jae untuk orang yang dicintainya, So-Hee. Sebuah pengorbanan yang tulus dan tanpa pamrih. Seung Jae berkorban agar So-Hee bahagia, tanpa berharap So-Hee akan melakukan hal yang sama dan membuatnya bahagia. Hal ini cukup membuat saya tercengan dan merasa ditampar. Apakah semua yang saya lakukan kepada orang lain adalah sebuah pengorbanan yang tulus? Apakah saya melakukannya karena ingin orang tersebut melakukan hal yang sama kepada saya?
Seung Jae berkorban untuk membahagiakan So-Hee, semua dilakukan tanpa mengharapkan pamrih. Tanpa disadari, dengan berkorban itulah Seung Jae mendapatkan kebahagiaan.

Miko.

Ceger Raya, 17 November 2011.

Minggu, 30 Oktober 2011

Muslimin Kecil

Silaturahmi saat lebaran. Anak-anak melihat, mengingat, dan membudayakan.

Selama beberapa hari ini, saya merasa akrab dengan sosok berbadan mungil di Musholla Nurul Jannah. Seorang anak laki-laki kecil dengan muka inccocent yang hari ini, seperti biasa, duduk di dekat pintu musholla. Dia adalah tamu Alloh yang ketiga disubuh ini. Spesial. Karena dia masih kecil, umurnya sekitar 7-8 tahun. Dan dia berangkat ke masjid untuk menunaikan shalat berjamaah pada salah satu dari dua waktu sholat yang tersulit, sholat subuh.

Wajahnya tidak menunjukkan bahwa dia mengantuk berat, dia sudah benar-benar sadar. Entah siapa yang membangunkannya, dan entah siapa yang mengajaknya ke mushola. Sepertinya dia warga baru di komplek ini, wajahnya asing. Yang saya tau dr dia, dia spesial.

Sangat penting untuk menanamkan nilai agama sejak dari kecil. Bukan hanya diberi tahu dan diajarkan, tapi disadarkan tentang kehidupan sebagai seorang muslim. Seperti yang dilakukan oleh orang-orang arab (muslim), betawi, aceh, dan minang.

Walau masih kecil, anak-anak kecil arab sudah mampu menunjukkan identitasnya sebagai muslim. Dia tau islam itu apa, dan bagaimana seorang muslim itu hidup. Islam diajarkan dalam semua aspek kehidupan. Berdoa sebelum makan, doanya apa, bagaimana sunnahnya makan. Sehingga tak heran jika untuk sebagian orang arab, islam adalah budaya. Sehingga kadang sulit membedakan mana yang budaya arab, dan mana yang budaya islam.

Teringat sebuah quote dari serial Bajaj Bajuri, sebuah quote yang mengharukan sekaligus menampar.
“Sejahat-jahatnya orang betawi, kecilnya dulu pernah ngaji!”
Ngaji seolah sudah menjadi bagian dari siklus hidup orang betawi. Ajaran islam yang tertanam kuat dan menjadi budaya. Pun demikian dengan ‘budaya’ naik haji mereka. Orang betawi rela jadi miskin demi naik haji. Semua harta dijual untuk dapat ‘bertamu’ ke rumah Alloh. Sebuah semangat ‘kesukuan’ yang seolah eksklusif hanya dimiliki oleh orang betawi.

Demikian pula dengan orang-orang aceh dan minang. Begitu kentalnya nuansa islam dalam budaya mereka, sulit dibedakan antara mana yang budaya asli dan mana yang dari islam. Sebagai orang jawa, saya bangga sebangsa dan senegara dengan mereka. :’)

Islam Is Way Of Life

Dalam sebuah gambar yang saya download, tertulis sebuah pesan yang cukup menohok bagi saya.
“Islam is a way of life, not a way of death.”
Astagfirullohhh.... Quote tersebut benar adanya. Islam sebagai ‘way of death’ memang tidak salah, tapi menurut saya lebih benar bila memperlakukan Islam sebagai ‘way of life’. Alloh melalui quran dan hadist rasul-Nya telah memberi tahu tata cara hidup seorang muslim. Bagaimana seorang muslim hidup dalam keislamannya, mulai dari bayi hingga meninggal, dari pagi hingga pagi lagi. Semua petunjuk hidup seorang muslim disampaikan dengan lengkap. Sebaliknya, Alloh hanya menceritakan bagaimana sebuah kematian, kehidupan setelahnya, namun tidak menjelaskan bagaimana kita harus ‘hidup’ di dalam alam kematian.

Dalam budaya lokal, diajarkan bagaimana cara hidup seseorang. Misalnya cara memelihara kerbau, cara merayakan kelahiran bayi, cara merawat luka, cara berbicara, dan lain-lain. Semua budaya ini dibentuk dari kebiasaan-kebiasaan sejak masa kecil. Yang kemudian tertanam kuat hingga dewasa. Pun demikian dengan islam. Islam mengatur hidup seorang muslim, budaya yang ditanamkam melalui kebiasaan-kebiasaan, sebuah ‘way of life’.

Lebih Awal Lebih Baik

Kembali ke cerita anak kecil tadi. Dari sini dapat kita lihat bagaimana orang tua anak tersebut mendidik anaknya agar ‘membudayakan’ sholat subuh berjamaah. Agar kelak ketika dia dewasa dan hingga tua, dia terbiasa dengan sholat subuh berjamaah di masjid.
Kenapa mesti berjamaah? Selain karena wajib, sholat berjamaah juga berperan penting dalam ‘penyadaran’ identitas, supaya anak tersebut lebih ‘ngeh’ dan lebih nampol efeknya. Seperti orang jawa yang tinggal bersama orang jawa lainnya, anak-anak jawa akan melihat dan meniru setiap kegiatan dari masyarakatnya, yang juga merupakan pembentukan identitas dirinya. Penting untuk menanamkan bahwa ‘Ini bukan cuma kami, tapi juga kamu dan kita’ kepada anak-anak. Pengenalan kehidupan masyarakat akan me-mindset-kan ‘inilah kita dan beginilah kita hidup’. Pembiasaan dan pengenalan seperti ini akan menjadi sesuatu yang tertanam kuat dalam ingatan dan membentuk mindset sebagai seorang muslim.

Seperti halnya saya, dulu emak mengenalkan saya pada budaya ‘mengaji’ di kampung saya. Selain belajar membaca quran, identitas saya sebagai muslim jga terbentuk. Bahwa saya sebagai seorang muslim harus bisa membaca kitab suci islam dalam bahasa arab, tahu artinya, memahami isinya, dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Jadi yang saya dapatkan bukan hanya ‘bisa ngaji’ tapi juga budaya islam berupa mengaji. Saat ini, saya akan merasa aneh jika sebagai seorang muslim saya tidak ‘akrab’ dengan kitab suci saya. Demikian juga kelak jika keluarga saya tidak ‘akrab’ dengan quran.
Demikian halnya dengan sholat. Orang yang terbiasa (baca: berbudaya) sholat tepat waktu akan merasa risih dan janggal jika tidak segera sholat saat adzan berkumandang. Kebiasaan dan mindset yang terbentuk saat anak-anak akan terasa lebih ‘menancap’.

Budaya-budaya yang berbeda memang biasanya akan ‘bertarung’ dan saling mengalahkan. Namun apa yang tertanam kuat tidak akan mudah tergoyahkan. Masa kanak-kakak adalah salah satu tahap penting dalam pembentukan identitas, sudah selayaknya agar masyarakat muslim kita tidak menyia-nyiakan tahap ini.

Miko
Ceger Raya, 30 Oktober 2011.

Gue, Juventus, dan ‘Sepertiga Malam yang Terakhir’

Well done Mr. Conte

Malam ini, pukul 1.45 WIB Juventus bertanding lawan Iler-Merda. Sebagai Juventini yang unyu, gw mesti bela-belain buat bangun. Juve meennn... Ya masa gw kagak nonton sik. Klo gw gak nonton, trus apa bedanya antara gw ama rumput yang bergoyang tertiup angin. (Jaka sembung deh mik)

Setelah terlena oleh EPL, trus dilanjutin belajar buat ujian (tetep yah, menebar #psywar. Muahahah....) akhirnya gw tidur jam 12.00 lebih dikit. Alarm dipasang jam 2.00 WIB, telat 15 menitan dari jadwal ‘manggung’-nya Juve. Dua jam kemudian, dengan sedikit nge-fly, gw matiin alarm yang menyenandungkan Last Friday Night. Karena baru bangun, otak gw nge-hang, goleran lagi, mau tidur lagi. Untung segera sadar dan segera mengambil remote buat nyalain TV.

TV nyala. Son of a beach!!! Udah 0 – 1, Vucinic ngegolin di menit ke-7. Gak liat goalnya. *bershower*

Singkat cerita, gw nonton pertandingan, membanjiri twitter dengan twit-twit sampah, RT ini itu, reply sana-sini, pokoknya sibuk banget lah. Untung pake laptop, jadi jari gw kagak pegel-pegel amat.

Half Time. Pertandingan jeda 15 menit. It’s Alloh’s time. Gw ambil wudhu, sholat 2 x 3 rakaat. Sengaja, 2 rakaat lagi n sholat witir diakhirkan. Nunggu pertandingan selesai. :D

Juventus menang 2 – 1. Bukan menang biasa, menang lawan Iler, musuh dunia-akherat. Berapapun skornya, menang lawan Merda selalu spesial. Oke, fokus!

Syukurku Pada-Mu

Dalam sujud, gw mengucap syukur kepada Alloh atas nikmat berupa kemenangan Juventus. Juventus menang itu hal yang spesial, bikin gw sumringah seharian, bahkan sampai pertandingan berikutnya. Ini nikmat berupa kebahagiaan dari Alloh. Nikmat yang selalu terlewatkan untuk disyukuri. Klo seseorang dapet duit, lulus ujian D4, dapet hadiah, sembuh dari sakit, biasanya suka bersyukur. Tapi orang-orang (termasuk gw) jarang bersyukur atas kebahagiaan. Padahal bersyukur itu mudah, cukup ucapkan ‘alhamdulillah’ dengan kesadaran. Maksudnya, gak cuma di bibir, tapi kita meresapi ‘alhamdulillah’ tersebut.

Moment lain. Biasanya di jam kantor gw partychat-an ama temen2 genk motor. They are so funny. Bales2an kata, bully2an, dan ng-emote yang lucu2. It is really makes me happy. Dan saat gw cekikikan menahan tawa, gw selipkan ‘Ya Alloh, terima kasih atas anugrah berupa temen2 yang lucu dan menghibur ini’.


Kebahagiaan lain yang juga sering terlupakan adalah bahagianya nikmat sehat. Emang sih, beda-beda tipis ama 'mensyukuri sehat', tapi ini beda, lebih ke perasaan. Seneng rasanya klo sehat, bisa nonton TV dengan nyaman, bisa olah raga, bisa ketawa-ketiwi dengan enak. Bahkan, klo lagi sakit tu bisa aja gt kangen ama kerja. Klo sakit serba gak enak, dijenguk temen emang seneng, tapi lebih seneng lagi bisa ngobrol dan bercanda dalam keadaan sehat. Makan makanan favorit dengan riang gembira, pergi kemana-mana dengan perasaan 'good mood'. Sehat itu membawa kebahagiaan, dan bahagia itu enak rasanya.

Bahagia adalah moment yang pantas dirayakan dengan syukur.

Juventus dan sepertiga malam yang terakhir

Ada rasa senang klo bisa melakukan ketaatan kepada Alloh. Ibadah ekstra dan gak cuma yang wajib-wajib aja. Seperti malam ini. Gw menyempatkan diri untuk ‘menghadap’ yang Maha Kuasa. Curhat, kenapa gitu gw belom dapet-dapet jodoh.

Oke, fokus!

Yang ‘mengkhawatirkan’ dari hal ini adalah, alasan gw bangun tengah malemnya. Terus terang gw klo tidur (agak) kebo banget, susah bangun. Tapi klo udah azzam, seringnya kesampean bangunnya. Seperti malam ini, gw udah niat banget mau nonton Juve. Begitu bangun, nyetel TV, langsung ‘alive’. Gak pake gliyengan n gegoleran dulu.

Gw bisa dengan ‘mudah’ bangun untuk Juventus, tapi kenapa susah banget bangun untuk Alloh?! Bahkan niat utama gw nonton Juve, sholat malam aja baru kepikiran waktu half time pertandingan. Sebagai seorang ‘kebo’, susah buat gw untuk bangun dan sholat 11 rakaat. Kalopun bangun, biasanya nunda-nunda, tidur-tiduran dulu, trus tidur beneran. Beda klo niatnya nonton Juve. Sepertinya gw emang harus mereformasi ulang cinta gw, jangan saling tumpang tindih, apalagi saling mengalahkan, klo bisa seiring sejalan kan bagus. :’)

Semoga lain kali gw bisa bangun untuk Alloh. Bisa bangun walaupun tanpa Juventus. #M1cKoH4rUsQuW4Dh

Ya Alloh, jangan sampai kecintaanku pada Juventus mengalahkan kecintaanku pada-Mu. :’(

Miko
Ceger Raya, 30 Oktober 2011.

Minggu, 09 Oktober 2011

Museum Sasmita Loka Ahmad Yani

Museum Sasmita Loka Ahmad Yani
Assalamualaikum...
Sebagai penggemar teori konspirasi, salah satu konspirasi lokal yang paling saya minati adalah pemberontakan pada G-30S/PKI dan dampak sistemiknya yaitu penerbitan Supersemar dan pergantian kekuasaan. Senang rasanya bila bisa menyempatkan waktu untuk bisa 'napak tilas' kejadian ini. Salah satunya dengan mengunjungi rumah dari jenderal tertinggi Angkatan Darat pada saat itu, Jenderal Ahmad Yani.

Kamis, 06 Oktober 2011

Ojo Dumeh

Assalamu'alaikum...

Once upon a time in Jakarta. Gw n temen gw hendak pergi ke suatu tempat, kami memutuskan untuk naik taksi. Kami naik taksi ‘burung biru’. Setelah naik teman saya menyebutkan destinasi kami. Sambil jalan, bapak supirnya bilang kalau dia ngga tau daerah tujuan yang temen gw sebutin. Seketika teman gw menghardik pak supir dengan (menurut gw) kasar. “Masa gak tau sih!!! Bla..bla...bla...” gw lupa kata2 berikutnya, tp gw inget banget klo temen gw itu ‘berlebihan’. Dan kemudian dia dengan angkuhnya membaca komik ditangannya. Tanpa rasa bersalah sekalipun. Pak supir tadi meminta maaf ama kami. Pernah liat ekspresi budak yang numpahin kuah opor ke baju Fir’aun? Nah, kira2 begitulah ekspresi bersalahnya.

Gw yang ‘shock’ dengan perlakuan temen gw cuma diem aja ngeliatin gesture temen gw yang suombongnya naudzubillah. Akhirnya temen gw ngasih tau arah dan jalan ke arah destinasi gw. Dan pak supir itupun (masih) dengan rasa bersalah mengantarkan kami.
Saat itu gw ngerti banget perasaan supirnya. Gw emang belom pernah numpahin kuah opor ke baju Fir’aun. Tapi gw pernah merasakan rasanya ‘dibawahi’ oleh orang yang ‘lebih’ dari gw. Gw juga pernah merasa tertindas.

Gw terlahir dari keluarga yang tidak berada. Gw besar di sebuah IDT, Inpres Desa Tertinggal. See? Namanya aja gak enak didengar, “desa tertinggal.” Sebuah nama yang kehinaannya berada 4 tingkat dibawah “Putri Yang Tertukar.”
Dengan mayoritas penduduknya yang bertani, kehidupan keluarga gw bisa dibilang lebih baik dari lingkungan kami. Bapak gw guru di desa tersebut. Tau gak apa nama desanya? Suka Merindu. Gw ulang. S-U-K-A M-E-R-I-N-D-U. Ini adalah nama desa paling galau yang pernah gw denger. Kebayang gak sih elo suka sama seseorang dan elo hanya bisa merindunya tanpa bisa memilikinya? Galau abeeessss!! Jadi ya wajar dong ya klo gw sekarang ...*uhuk*... suka galau. *Eaaa...*

Oke fokus!
Suatu hari, saat gw maen ama temen2 gw. Kami saling ejek satu dengan yang lainnya, biasa lah ya, anak kecil. Gw mengejek seorang temen yang tingkat ekonominya lebih kurang beruntung dr gw. Setiap dia maen, bajunya itu pasti ada bagian yang sobek, udah gitu buluk lagi. Nah, pas gw lagi ketawa-ketiwi ngejek dia, dia ngasih ‘counter attack’ yang akan gw kenang seumur hidup. “Iya sih yang orang kaya. Bajunya bagus2. Ngejek-ngejek orang gak punya.” Kira2 begitu kata-katanya. Gw langsung shock. Entah kenapa gw ngerasa super duper bersalah banget. Gw udah menghinakan seseorang, menganggap diri gw lebih baik dari orang lain. Gw cuma diem aja. Kami diem-dieman dan akhirnya bubar satu persatu.

Kejadian ini terjadi waktu gw masih kecil banget, belom masuk SD, masih imut, unyu, pokoknya gw berada di masa-masa dimana semua orang dewasa pengen nabok gw deh. Dan gw masih inget sampe sekarang. Kejadian ini mengajarkan gw untuk JANGAN PERNAH sombong/merendahkan orang lain orang lain. Walau secara kasat mata gw lebih baik darinya.

Emang gitu sih kenyataannya. Apasih yang bisa kita sombongin dari hidup? Kekayaan, ketampanan, kecerdasan, atau kedudukan? Semua itu bisa hilang dalam sekejap.

Dalam Islam, kita malah dilarang untuk sombong. Larangan yang sangat keras malah. Berikut ini hadist shahihnya,
Dari Abdullah Bin Mas’ud R.A. berkata:

“Rasululloh ‘alaihiwassalam bersabda “Tidak akan masuk ke dalam surga, seseorang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan walau sebesar biji sawi sekalipun.”
H.R. Muslim

Islam adalah agama rahmatan lil ‘alamin, dan sombong tidak bisa menjadi bagian darinya. Sebenernya, sombong itu apa sih? Masih sambungan dari hadist diatas.

“Kesombongan itu menolak kebenaran dan memandang rendah orang lain.”
H.R. Muslim

Nah, kembali ke cerita awal dan cerita gw. Dapat disimpulkan bahwa gw dan temen gw telah berbuat suatu kesombongan. (Astagfirullohhh...)

Kebetulan gw berada di lingkungan orang-orang yang tingkat ekonominya bagus. Dan diantara temen-temen gw, baik secara sadar atau tidak sadar telah berbuat suatu kesombongan terhadap manusia lainnya. Contoh waktu di kantor. Orang-orang pada ‘level gw’ kadang suka sombong (merendahkan) terhadap misalnya, OB, security, pedagang roti, atau orang-orang yang secara ekonomi berada di bawah levelnya.

Pernah suatu ketika, ada seorang ibu-ibu yang jualan bandeng presto dan lain-lain. Jangan tanya gw gimana tu ibu bisa lolos dari hadangan security di lobby, gw juga gak tau. Nah, pas ibu itu masuk ke ruangan gw, semua orang pada nyuekin gt, ibunya sama sekali gak diliat, dan belum sempet ibunya nawarin barang udah bilang “Gak bu.”
Gak kebayang klo itu nyokap gw. Gw bakal nangis berdarah-darah klo liat nyokap gw direndahkan gt. Emang apa susahnya sih bersikap sopan, tatap ibunya, senyum, dan bilang “Gak bu.” Karena menurut gw, menatap wajah ibunya dan senyum merupakan bentuk penghargaan akan keberadaannya. Giliran yang dateng orang berduit dan penampilannya parlente aja kita mau beramah-tamah. Apa sih bedanya ibu tadi dengan yang lainnya? Sama-sama manusia.

Jadi kesimpulannya. Jadi orang jangan suka merendahkan orang lain, walau secara kasat mata kita lebih baik darinya. Kita ini bangsa yang beradab dan beragama. Adab dan agama secara kompak mengajarkan bahwa kita harus saling menghargai. Merendahkan orang lain tidak akan membuat kita jadi tinggi. Malah akan membuat kita jadi buruk dan akhirnya rendah. Emang ada gt orang yang suka ama orang sombong?!

Kita semua sama. Baik mas2 n mbak2 OB, pemulung, pengamen, penjual asongan, supir angkot, satpam, ataupun beragam profesi lain yang sering jadi bulan-bulanan kesombongan. Jangan sombong baik secara perkataan maupun gesture. Karena kebanyakan seseorang tidak sadar bahwa bahasa tubuhnya sedang merendahkan orang lain. Gw sebagai manusia biasa juga kadang tanpa sadar merendahkan orang lain, karena secara sadar gw yakin bahwa setiap manusia itu berada pada level yang sama. Bila suatu hari kalian mendapati gw menyombongkan diri, jangan segan untuk menegur.

“Dan tidak ada orang yang tawadhu’ (merendahkan diri) karena Alloh, melainkan Alloh akan mengangkat derajatnya.”
H.R. Muslim.
Wassalamu’alaikum...

Miko
Ceger Raya, 6 Oktober 2011.

Selasa, 27 September 2011

Taman Proklamator

Assalamu'alaikum...

Pernah gak terbersit dalam pikiran kalian "Eh...eh...eh... Dulu pembacaan teks proklamasi dimana ya bok? Bukan di PIM pastinya kan ya? Apalagi di Sevel, pasti rempong deh cyin."
Gw pernah. Awalnya sih gw mau ke Museum Perumusan Naskah Proklamasi, gw mau nyari tau dulu gimana awal-awalnya proses Proklamasi diwujudkan. Men, ini proklamasi men. Penting banget buat negara kita. Klo dulu kita kagak buru-buru proklamasi. Bakal laen ceritanya, belom tentu sekarang gw bisa nge-twit apalagi posting blog.

Cerita berawal dari nyasarnya abang tukang ojek nganterin gw. Gw request-nya sih ke Museum Perumusan Naskah Proklamasi, eh si abang bawa gw ke tempat ini. Abisnya dari 'Museum Perumusan naskah Proklamasi' si abang cuma nangkep bagian 'Proklamasi'-nya doang. Jadilah gw terdampar di mari, di Jalan Proklamasi. Pertama liat gw langsung takjub. Gw langsung masuk dan mulai deh jeprat-jepret di mari. Dari sinilah cerita dimulai....

Secara keseluruhan, sebenarnya ini bisa dibilang 'komplek' ya. Coz di lokasi ini ada 4 bangunan sejarah. Yang pertama Tugu Proklamasi a.k.a. Tugu Petir, yang kedua Monumen Pembacaan Teks Proklamasi, trus gedung penanda dimulainya Pembangunan Nasional Semesta Berencana, ama satu lagi Tugu Peringatan Satu Tahun Republik Indonesia.

Minggu, 25 September 2011

Rindu Untuk Regita


Regita adalah seorang gadis kecil cengeng berusia 4 tahun

Regita adalah dia, bantal, dan bantal gulingnya
Tidak akan boleh kau meminjamnya
Karena bantal dan bantal gulingnya adalah hartanya yang paling berharga
Bila ia pergi, maka bantal dan bantal gulingnya akan turut serta
Karena regita tidak akan bisa tidur tanpanya

Regita suka nonton Spongebob
Suka nonton Unyil, Shaun The Sheep, dan Upin Ipin
Dia yang memegang remotnya
Dia akan protes bila channelnya diganti

Regita akan memintaku membuka mata
Kemudian akan menepukkan kedua tangannya di depan wajahku
Bila aku berkedip, dia akan berkata ‘Ih, O’om takut sama ayam’
Kemudian dia akan melakukannya lagi
Mengganggu mataku dengan apapun yang ada

Regita suka minta di gendong
Digendong sambil sesekali dilempar-tangkap ke udara
Atau dia akan memintamu menggendongnya sambil berlari
Atau memintamu menari

Regita suka dengan uang
“Buat beli jajan” begitu katanya
Ia suka meminta golokan
Uang seribu dengan gambar Kapitan Pattimura dan goloknya
Saat lebaran ia meminta lebih
“Yang merah sih om. Buat beli sepedah gede.” Begitu katanya
Regita sudah besar, sudah pandai naik sepeda
Ia mengeluh sepedanya yang sekarang terlalu kecil

Regita suka bersolek
Rambutnya yang keriting kini menjadi lurus, direbounding
Rambutnya yang lurus menjadi mudah dikucir
Dikucir dua atau dikucir satu, sesuka hatinya
Rambutnya yang hitam kini berubah
Rambutnya kemerahan sejak pulang dari salon
Sebuah salon di dekat rumah langganan ibunya
Aku tak tau kenapa merah yang dipilihnya

Regita suka sekolah
Dia suka memakai seragam dan bertemu dengan teman-temannya
Sekolahnya adalah tentang menggambar dan bernyanyi
Saat pulang sekolah, regita akan bau sekali
Dia banyak bermain dan berkeringat di sekolah

Regita suka bermain
Saat kau tertidur lelap di siang hari
Dia akan pergi ke rumah tetangga
Bermain hingga sore menjelang

Regita tidak suka makan nasi
Apapun lauknya dia tetap tidak suka
Kau harus pandai merayunya, atau kau harus pandai memaksanya
Bila ada anak kecil lain makan, dia akan ikut makan
Sepertinya dia hanya butuh teman makan yang tidak memaksanya makan

Itulah regita keponakanku
Seorang gadis kecil cengeng berusia 4 tahun

Regita oh regita...
Bermainlah nak, puaskan haus masa kecilmu
Kelak ketika kau dewasa
Kau akan mengenang hari ini dengan tersenyum dan berkata ‘Aku dulu suka bermain’



Salam kangen dari om Iko di rantau
Ceger Raya, 25 September 2011

Sebuah Cerita Tentang Suryakencana

















Ada suatu tempat
Suatu tempat di mana bulannya selalu purnama
Suatu tempat di mana bunganya tak pernah layu

Ia tinggi, hingga kau akan sulit bernafas
Ia jauh, membuat semua keluh kesahmu tertumpah
Ia sulit, lelahnya akan memaksamu menyerah
Bernafaslah terus, mengeluhlah, tapi jangan engkau menyerah
Karena tempat itu luar biasa
Seperti yang akan kuceritakan padamu

Tempat itu luas
Tertutup rumput yang kadang berwarna hijau, dan kadang berwarna kuning
Tanahnya berpasir, berdebu pula bila musim kemarau
Sebagiannya tertutupi batang-batang Eidelweis
Sang bunga abadi yang putih warnanya

Paginya aneh
Bisikannya memintamu bangun
Namun belaiannya melenakanmu

Siangnya hangat
Bila tak ada awan, matahari akan bercahaya dengan sangat benderang
Cahayanya terik, namun terkadang ia ramah dan tak terlalu panas

Sorenya damai
Sepinya membuatmu terdiam
Kau bisa saksikan matahari yang mulai meredup
Dan gelap perlahan merayap di sela-sela rumput dan pasir

Malamnya hening
Semuanya terdiam dalam kedamaian
Gelapnya yang dingin akan melelapkan tidurmu

Kabut sering datang ke tempat itu
Entah darimana dan kemana ia pergi
Terkadang kabut singgah terlalu lama
Ia merayap dalam arak-arakan yang besar
Membutakan dan membawa hawa dingin
Namun bila ia pergi, Ia menghamparkan ketakjuban alam kepadamu

Duduklah di salah satu bebatuannya
Pandangilah setiap sudut-sudutnya
Dan ingatlah apa yang kau lihat
Hiruplah udaranya dan ingatlah baunya
Dengarkan heningnya
Rasakan apa saja yang dibisikannya melalui pori-pori kulitmu
Unggah semuanya, simpan dalam ingatanmu

Bila suatu saat kotamu terlalu bising dan memenatkan
Kau ingat kembali tempat itu
Tempat yang bulannya selalu purnama dan bunganya tak pernah layu
Tempat yang berkabut dan dingin
Tempat yang hening dan penuh kedamaian

Tempat itu, Suryakencana
Tempat itu, di hatimu....

Miko
Ceger Raya, 20 September 2011

Mukadimah

Bismillahirohmanirrohim...
Atas berkat rahmat Alloh subhanallohu wa ta'ala akhirnya blog ini dibuat. Terima kasih saya ucapkan kepada teman-teman yang sudah ngiming-ngimingi saya dengan blognya. Rhesa, Hogie, dan tentu saja Nila. Kamsahamnida... :D

Sebelumnya saya suka facebook-an. Tapi lama-lama saya bosan dan akhirnya ngetwit. Enak sih ngetwit. Tapi 140 karakter tidak cukup untuk menumpahkan segala rasa yang saya pendam. Saya ingin ngebacot sepuasnya! Dan saya ingin semua orang tau betapa galaunya sayah! Merdeka!!!

Blog menawarkan karakter yang lebih kepada saya. Saya ingin berbagi, saya ingin bercerita. Dan atas inspirasi temen-temen, akhirnya saya membulatkan tekad buat ngeblog. Walaupun saya takut gak konsisten nulis, tapi saya ingin mencobanya dahulu. You'll never know until you try isn't it? :D

Sebagai seorang yang talkative, blog ini rencananya akan saya isi dengan bebacotan, baik yang penting maupun yang tidak penting. Selain itu saya juga ingin berbagi banyak cerita dan ilmu. Untuk mendukung program pemerintah Miko Anak Sholeh, maka sesekali akan saya isi blog ini dengan tulisan mengenai Islam. Masalah-masalah sosial juga akan sesekali saya tanggapi di blog saya, sebagai bentuk kepedulian saya terhadap dunia sosial.

Demikian mukadimah dari saya. Silakan ucapkan selamat ngeblog kepada saya.
Usikum wanafsih bitaquallah, wassalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh...