Halaman

Kamis, 17 November 2011

A Man Who Went To Mars [Movie Review]

Assalamu'alaikum. Annyeong haseyo....

Seperti umumnya film Korea, film ini juga punya 'also known as' yaitu A Letter From Mars. Film ini bercerita tentang dua sahabat masa kecil yang (you know lah) akhirnya saling jatuh cinta. Tokoh anak perempuan yaitu So-Hee dan tokoh anak lelakinya bernama Seung Jae.
So-Hee adalah gadis manis nan rapuh yang sangat sayang pada ayah dan neneknya. Suatu hari, ayahnya mengajaknya melihat planet Mars dengan menggunakan teleskopnya. Ayahnya berkata, bahwa orang yang mati sebenarnya tidaklah mati, namun mereka pergi ke Mars. Setelah mengatakan hal ini, keesokan harinya ayah So-Hee meninggal dan memberikan sebuah bola kristal kepada So-Hee. Bila rindu kepada ayahnya, So-Hee akan mengirimkan surat kepada ayahnya. Surat ini tentu saja dikirim ke tempat semua orang mati akan pergi, Mars. A letter to Mars.

Yang menjadi salah satu fokus saya adalah tokoh prianya, Seung Jae. Dia adalah ‘guardian angel’-nya So-Hee. Dialah yang menjaga So-Hee.

1. Membalas Surat So-Hee
So-Hee sering merindukan ayahnya, dan saat merindukan ayahnya, dia akan mengirim surat kepadanya. So-Hee yang lugu mengalamatkan surat itu ke Mars dan memasukkannya ke dalam kotak pos seperti layaknya surat biasa. Mengetahui hal ini, Seung Jae yang sayang pada So-Hee mulai ‘mengikuti’ surat tersebut. Setelah mendapatkan simapti dari Pak Pos, Seung Jae mulai membuat surat balasan untuk So-Hee, tentu saja atas nama ayah So-Hee. Heart-touching. :’)

2. Menenangkan So-Hee Saat Terjebak Hujan
Di sebuah bukit, So-Hee dan Seung Jae sering bermain. Suatu ketika hujan turun dengan derasnya. Mereka berdua berteduh di dalam sebuah gubuk kecil. Petir dan guntur membuat So-Hee ketakutan dan gelisah. Saat itulah kemudian Seung Jae meminta So-Hee untuk mengikutinya menghapalkan perkalian, mengalihkan perhatian So-Hee terhadap petir dan guntur. Luar biasa. Membuat saya bertanya pada diri sendiri, ‘Bisakah saya menenangkan orang yang saya sayangi saat dia gelisah?’ J

3. Mengambil Bola Kristal
Suatu hari bola kristal So-Hee tercebur ke dalam sungai. Seung Jae kemudian menceburkan diri ke sungai untuk mencarikan bola kristal itu. Padahal saat itu sedang musim dingin. Namun Seung Jae gagal menemukan bola kristanya.
Saat tau So-Hee akan diadopsi oleh bibinya yang tinggal di Seoul, Seung Jae kembali ke sungai dan kembali mencari bola kristal itu. Kali ini Seung Jae berhasil menemukannya berkat ‘bantuan’ ayah So-Hee.

4. Menunggu So-Hee Kembali
Singkat cerita, Seung Jae kemudian menjadi seorang Pengantar Surat. Dia setia mengantarkan surat untuk nenek So-Hee dan membantu nenek So-Hee menuliskan surat balasannya. Seung Jae setia menunggu So-Hee kembali dan terus menanti kabar dari So-Hee.

5. Menunggu dan Menjemput Kedatangan So-Hee
So-Hee mengirim surat dan memberitahukan bahwa dia akan pulang ke rumah neneknya. Seung Jae sangat senang mendengar kabar tersebut. Keesokan harinya Seung Jae menunggu kedatangan So-Hee di (semacam) halte bis. Ditengah dinginnya salju, Seung Jae setia menanti bis yang akan membawa So-Hee pulang. Akhirnya So-Hee pun tiba.
Akhirnya So-Hee pulang
Sejak So-Hee pulang, mereka berdua semakin dekat dan Seung Jae semakin mencintai So-Hee. Namun, So-Hee kembali lagi ke Seoul untuk mencari pekerjaan. Seung-Jae pun mengirimkan surat-surat untuk So-Hee.
Kenyataan berkata lain. So-Hee kemudian berkencan dengan atasannya. Seung Jae yang telah menempuh perjalanan jauh untuk bertemu So-Hee merasa hancur hatinya. So-Hee adalah senyum dan semangatnya, namun kini So-Hee telah bersama pria lain.
Suatu hari perusahaan kekasih So-Hee bangkrut, kekasihnya itu kembali ke Amerika dan meninggalkan So-Hee.

6. Mengambilkan Sepatu So-Hee
Pada suatu ketika, saat So-Hee sedang berlari, salah satu sepatunya kembali tercebur di sungai tempat dahulu mereka bermain. Arusnya terlalu deras dan menghanyutkan sepatu So-Hee entah kemana. Sebelah sepatunya lagi tertinggal di kantor pos saat mereka berdua berteduh dari hujan.
Karena akan dibangun sebuah bendungan, semua warga desa harus pindah rumah, termasuk Seung Jae. Namun di tengah perjalanan, Seung Jae yang sangat mencintai kampungnya kembali lagi. Dia kembali ke tempat dimana dia dan So-Hee pernah memancing. Seung Jae pun memancing di sungai tersebut. Kailnya tersangkut sesuatu, Seung Jae lalu menyelam untuk mengambil kailnya. Ternyata kailnya tersangkut di sepatu So-Hee yang dahulu hanyut. Seung Jae kemudian mengambil sepatu itu.

Seorang pengantar surat berdiri di depan rumah So-Hee, So-Hee mengira orang tersebut adalah Seung Jae, namun ternyata bukan. Pengantar surat itu memberikan sebuah paket kepada So-Hee. Sebuah paket yang berisi sepasang sepatu So-Hee. Sebuah paket yang dikirimkan oleh Seung Jae, dari Mars.
 ~ .... ~

Film ini menceritakan tentang pengorbanan yang dilakukan oleh Seung Jae untuk orang yang dicintainya, So-Hee. Sebuah pengorbanan yang tulus dan tanpa pamrih. Seung Jae berkorban agar So-Hee bahagia, tanpa berharap So-Hee akan melakukan hal yang sama dan membuatnya bahagia. Hal ini cukup membuat saya tercengan dan merasa ditampar. Apakah semua yang saya lakukan kepada orang lain adalah sebuah pengorbanan yang tulus? Apakah saya melakukannya karena ingin orang tersebut melakukan hal yang sama kepada saya?
Seung Jae berkorban untuk membahagiakan So-Hee, semua dilakukan tanpa mengharapkan pamrih. Tanpa disadari, dengan berkorban itulah Seung Jae mendapatkan kebahagiaan.

Miko.

Ceger Raya, 17 November 2011.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komen Anda mencerminkan diri Anda.