Halaman

Rabu, 14 November 2012

Dataran Tinggi Dieng


Walau madingnya udah terbit, tapi gak ada salahnya toh kalau saya berbagi pengalaman berkesan saya waktu liburan ke Dieng bulan Maret lalu?!
Rasa rindu akan suasana hening, sejuk, njawani, dan mistisnya Dieng sudah tak tertahan lagi. Kerinduan yang membuncah dan membuat gelisah setiap terdengar namanya. Dan panasnya udara Jakarta selalu mengingatkan saya akan damainya suasana Dieng. Harus kesana, A.S.A.P.
Saya belum cukup berani untuk bepergian sendiri. Entah karena bahaya yang setiap saat mengintai, atau kesendirian yang menakutkan. Begitupun kali ini, saya memutuskan untuk tidak pergi sendirian. Setelah melalui proses ngomporin yang panjang, didapatkanlah 3 teman perjalanan: Vigor, Handono, dan Cholis. Mode transportasi yang kami pilih awalnya bis. Namun, hidayah turun untuk Vigor. Vigor memutuskan untuk menggunakan/mengendarai mobilnya. Good. Jadi lebih fleksibel berangkatnya.

Kamis, 22 Maret 2012 Pukul 23.00 WIB kami berempat berangkat dari Lapangan Banteng. Menembus macet Jakarta, istirahat sejenak di SPBU Pertamina, hingga Jumatan di daerah sekitar Brebes. Sore hari kami sampai di Temanggung. Sembari mencari tempat untuk sholat Ashar, kami mampir di Curug Sewu. Numpang ngadem, kemudian melanjutkan perjalanan menuju rumah Handono untuk menginap selama semalam. Suasana hening khas kota-kota di Jawa, Temanggung menjamu kami dengan ramah.
Sabtu, 24 Maret 2012. Setelah sholat subuh, mandi, dan sarapan. Kami bertolak dari Temanggung menuju Dieng. Sekitar Pukul 06.00 kami melanjutkan petualangan kami, menuju tanah para dewa.
Sekitar Pukul 07.30 kami sampai di daerah Dieng. Disambut dengan matahari cerah dan udara dingin serta aura mistis. Entah karena saya bahagia berada di Dieng, atau karena memang hari itu adalah hari yang sempurna.
Kami mengawali wisata kami dari Kawah Sikidang. Berikut ceritanya....

Kawah Sikidang
Tak ada yang spesial dari Kawah Sikidang. Layaknya sebuah kawah, lumpur-lumpurnya bergolak dan melompat-lompat. Asapnya berbau belerang dan membelai hangat setiap pengunjung yang mendekat. Pemandangan sekitarnya apik, namun sayang, seperti kebanyakan tempat wisata di Indonesia, agak kurang terawat, meskipun tak ada sampah-sampah disekitarnya.
Sebelum ke kawah, kami melewati sebuah gerbang yang dijaga oleh petugas penjual karcis. Untuk harga karcis terusan Kawah Sikidang - Candi Arjuna, dikenakan tarif Rp10.000 per orang. Kemudian kita akan melihat sebuah area parkir dan pasar tradisional yang ramai pengunjung. Kami beruntung, tanpa turis-turis yang lain, Dieng akan jadi sangat sepi dan basi.
Di dalam satu pasar, ada seorang anak berambut gimbal yang sidang mendapatkan banyak perhatian dari pengunjung. Tak sedikit pula yang memberikan uang jajan untuknya
Setelah puas mengamati Kawah Sikidang dan berfoto, kami melajutkan perjalanan ke lokasi berikutnya.

Candi Gatotkaca
Kemudian sampailah kami di Candi Gatotkaca. Candi yang menyendiri ini terletak di sisi jalan utama, sehingga mudah dijangkau. Secara bentuk tidak ada yang spesial, namun tetap saja sebuah peninggalan sejarah dari nenek-moyang kita dahulu. Yang harus kita jaga baik-baik agar dapat ditunjukkan dan diceritakan kepada anak-cucu bangsa Indonesia kelak. Di sebelah komplek Candi Gatotkaca terdapat area parkir yang luas dan beberapa warung yang siap menjamu Anda dengan Mie Ongklok.

Museum Kailasa
Di seberang Candi Gatotkaca terdapat komplek Museum Kailasa yang terdiri dari 3 bangunan. Bangunan pertama berisi arca-arca kuno yang dipajang dalam satu ruangan yang cukup besar. Bangunan kedua juga berisi arca-arca dengan tambahan berupa ruang teater untuk menonton film dokumenter tentang Dieng. Dan bangunan ketiga berupa rumah makan, namun sepertinya sudah tidak digunakan lagi. Atau sedang tidak digunakan. Pemandangan Dieng dari teras ruang makan amatlah elok. Kita bisa melihat komplek Candi Arjuna dan kebun-kebun milik petani.
Tiket masuk untuk kedua museum yang murah, Rp5.000 sudah termasuk nonton film dokumenter.
Koleksi arca-arca di Museum Kailasa. Sejumlah arca sudah tidak utuh, entah karena manusia atau karena lekang dimakan waktu.

Pintu depan Museum Kailasa, bangunan kedua yang berisi arca dan ruang nonton.

Arca dan gambar-gambar yang menunjukkan kehidupan flora dan fauna di Dieng.

Lorong yang di kanan-kirinya memamerkan arca-arca.

Lingga-Yoni. Perlambang Pria dan Wanita yang juga diartikan sebagai lambang penciptaan. Mirip Monas kan?! :D

Di Hyang, film dokumenter yang bercerita tentang Dieng secara singkat. Layarnya cukup besar, dan hanya kami berempat yang nonton. :D

Mie Ongklok, makanan khas Banjarnegara. Rasanya seperti mie ayam sih. Dan sedikit rasa miapah. :P

Kompleks Candi Arjuna
Sesuai namanya, kompleks. Di Kompleks Candi Arjuna ini terdapat 5 buah candi. Yaitu Candi Arjuna, Candi Semar, Candi Puntadewa, Candi Sembadra, dan Candi Srikandi. Ada candi ke-6 yang letaknya berdekatan dengan komplek yaitu Candi Setyaki. Daerah sekitar candi adalah daerah rawa-rawa yang diubah menjadi daerah bertani oleh petani setempat. Namun rawa-rawanya sendiri masih ada di beberapa tempat, contohnya Candi Setyaki yang masih dikelilingi rawa-rawa di kanan-kirinya. Menurut sejarah, kompleks Candi Arjuna pada saat ditemukan adalah terendam di dalam rawa-rawa pada tahun 1814 oleh seorang Tentara Inggris.
Di dalam candi-candi tersebut terdapat sebuah ruangan yang lebarnya sekitar 2 x 2 m, dan tinggi sekitar 4 meter, lengkap dengan sebuah meja pemujaan yang di atas dan kanan-kirinya masih ada sisa-sisa dupa dan bunga-bunga. Ruang di dalamnya pengap dan lembab.
Jejeran lima candi di kompleks Candi Arjuna.

Candi Bima
Candi ini terpisah dari candi yang lain. Desain candi ini juga berbeda dari candi lainnya. Yaitu karena adanya relief wajah di sisi-sisinya. Selain itu juga terdapat sebuah lubang di sisi pintu candi. Dan terdapat semacam ruang kosong sebelum pintu masuk, layaknya sebuah teras.
Di bawah lokasi ini terdapat area parkir yang cukup luas dan lapak-lapak penjual yang tidak digunakan lagi.
Relief wajah di keempar sisi candi. Entah itu relief wajah siapa. Bima kah?

Keunikan Candi Bima yang lain, di dalam candi ini tidak terdapat meja pemujaan, hanya ruang kosong.
Terdapat lubang berbentuk persegi panjang di kedua sisi pintunya. Kunci kah? Apakah candi ini dulu berpintu?

Semacam teras di sepan pintu candi. Unik.

Telaga Warna
Telaga Warna namanya, telaganya berwarna hijau berkilau menyebarkan bau belerang ke sekitarnya. Suasananya sejuk, molor-able banget. Hehe.... Di sekitarnya terdapat goa-goa kecil yang digunakan untuk bertapa.

Jalan setapak menuju goa-goa mini.

Telaga Warna yang kehijauan dan berbau belerang.

Bunga yang tumbuh di sini telaga, mengundang untuk minta difoto.

Dieng Plateu Theater
Di teater ini Anda akan disuguhkan layar seukuran layar bioskop 21 dengan tayangan film dokumenter tentang Dieng. Filmnya lebih lama dan ceritanya lebih banyak daripada yang diputar di Museum Kailasa. Disini pula saya mengenal lagu Titi Kala Mangsa-nya Sudjiwo Tedjo yang digunakan sebagai soundtrack dalam film dokumenternya. Disini terdapat pula mushola dan toilet yang menjadi pilihan banyak turis untuk sholat dan beristirahat sejenak. Di seberang teater ini terdapat Pembangkit Listrik Tenaga Geotermal yang mengalirkan uap panas melalui pipa besar ke bawah.

Sumur Jalatunda
Sumur ini letaknya cukup jauh dari situs kawah maupun candi-candi di Dieng. Karena jaraknya yang jauh, situs ini sepi pengunjung. Kami pun hanya sempat bertemu 1 rombongan lain. Sumur ini sangat luas dan dalam, sesuai dengan arti dari Jalatunda sendiri. Dalam sumur ini kurang-lebih 100 meter. Untuk luasnya saya kurang tau. Ya kira-kira bisalah buat mendarat Boeing 737, tapi mendaratnya secara vertikal ya. Hehe...
Sumur ini memiliki mitos, yaitu barang siapa berhasil melempar batu sampai dengan di tengah sumur, maka permohonannya akan dikabulkan. Di situs ini ada pedagang yang 'menjual' batu-batu berukuran kecil yang dapat kita beli seharga 500 rupiah. Setelah beberapa kali mencoba, saya gagal sodara-sodara!!! Batu yang saya lempar dengan segenap tenaga dan kegalauan saya, hanya mendarat di sisi sumur! What kind of sorcery is this?!!!

Kawah Candradimuka
Inilah tujuan utama perjalanan saya kali ini, KAWAH CANDRADIMUKA yang membahana, badai, spektakuler, legendaris, dan ciyus-miapah. Tempat dimana Gatotkaca bertapa untuk mendapatkan kesaktian dan berubah menjadi kesatria dengan otot kawat-tulang besi.
Dulu saya pernah berkunjung ke Dieng, namun tidak sempat mengunjungi Candradimuka karena jaraknya yang jauh. Untunglah lobi-lobi saya kepada saudara Vigor sebagai pemilik mobil berhasil. Thanks bro, it's a dream come true.
Untuk dapat melihat gerbang Candradimuka, kami harus menempuh perjalanan sekitar 30 menit, keluar dari area 'utama' Dieng. Dan pada saat kami sedang girang melihat gerbang Candradimuka, seorang abang-abang ojek memberitahu bahwa perjalanan kami belum selesai. Kami harus BERJALAN KAKI sekitar DUA KILOMETER untuk dapat melihat Candradimuka. Handono, memutuskan untuk tidak turut serta dan memilih untuk jagain mobil. Akhirnya kami bertiga saja yang berangkat untuk melihat Candradimuka. Lumayan, pemandangan di kanan-kiri kami cukup menghibur, dan mampu untuk mengalihkan perhatian kami dari kenyataan bahwa kami harus berjalan kaki untuk melihat Candradimuka.
Perbukitan di sepanjang jalan menuju Candradimuka.

Setelah berjalan jauh, akhirnya kami melihat papan penanda ini. Candradimuka, kami datang!

Di sini suasannya berasap tebal. Sesekali terdengar suara golakan kawah dari bawah. Awalnya, kami tidak tau yang mana Candradimuka. Semuanya tertutup asap. Kemudian tampaknya sebuah jalan dari paving blok, dengan perasaan excited dan sedikit takut, kami menyusuri paving blok tersebut.
VOILA! Kawah Candradimuka!

Yep. Inilah Kawah Candradimuka yang legendaris itu. Sedikti anti-klimaks, tapi puas sudah melihatnya langsung.
Setelah puas mengamati Candradimuka, kami turun kembali ke bawah. Perjalanan turun juga tak kalah seru, pemandangan dari sudut yang berbeda terlihat indah sekali. Dan di perjalanan turun inilah saya melihat 'sesuatu' yang mengingatkan kembali akan mimpi saya, tujuan hidup, dan ketenangan. Saya shock sekaligus tersenyum bahagia, saya diingatkan akan mimpi masa kecil. 'Sesuatu' yang membuat semua yang saya miliki terasa tak berguna. Mengingatkan kembali bahwa tujuan hidup saya adalah kebahagiaan. 'Sesuatu' yang men-candradimuka-kan saya. :')
Berbukit, berkelok, indah.

Pulang dari Candradimuka, kami langsung kembali ke 'area utama' Dieng. Kami berniat untuk menginap semalam dan melanjutkan perjalanan pulang esok hari saja.
Di Dieng terdapat cukup banyak penginapan, lengkap dengan fasilitas-fasilitas unggulannya. Kami hanya sempat melihat ke beberapa penginapan saja, kemudian memutuskan untuk menginap di Flamboyan Home Stay. Menginap di penginapan ini dikenakan biaya 200.000 semalam, kamar kami terdiri dari dua ranjang, satu ukuran besar yang cukup untuk 3 orang, dan 1 ranjang kecil yang cukup untuk 1 orang. Setelah melalui proses demokratis hom-pim-pah, sayalah 'pemenang' single-bed-nya. Muahahaha.... Kamar dilengkapi dengan TV dan air mandi hangat. Ada juga mushola di rumah depan, parkir yang cukup, dan air minum panas jika ada yang ingin membuat kopi atau teh. Cozy.


Berburu Sunrise di Bukir Sikunir
Minggu, 25 Maret 2012. Kami bangun subuh-subuh dan tergesa, setelah sholat subuh kami langsung meluncur tergesa menuju objek terakhir Dieng, Bukit Sikunir. Kami berniat untuk melihat sunrise yang sangat legendaris dari atas bukit Sikunir. Strategi kami salah, harusnya kami sholat subuh di dekat bukit Sikunir agar lebih dekat dan dapat menikmati sunrise tanpa terburu-buru. Matahari sudah mulai memancarkan cahayanya dari celah-celah perbukitan. Vigor mengendalikan mobilnya dengan kecepatan tinggi, untungnya jalanan sepi. Kami tidak sendiri, ada pula mobil Pajero yang ngebut untuk mengejar waktu. Sekitar 30 menit kemudian kami sampai di area parkir Bukit Sikunir. Kalau tidak salah, biaya masuk per orang ke bukit Sikunir dikenakan biaya 15.000. Setelah membayar, kami langsung berjalan (dengan setengah berlari) ke atas bukit. Kami tidak sendiri, ada pula orang2 yang berlarian tak ingin melewatkan 'golden hour' dari Sikunir.
Kami terlambat, tapi tidak terlalu terlambat juga. Masih bisa menikmati suasana 'gelap menuju terang'-nya Bukit Sikunir. Pemandangan dari atas bukit indah luar biasa. Rumah-rumah, gunung, jalan raya, awan, dan tentu saja sinar menyilaukan Sang Mentari. Alhamdulillah, selesai sudah semua 'checklist' kami di Dieng.
Sunrise
The rise of the sun. Blue sky, a few cloud, golden ray, perfect weather.

Golden Hour di Bukit Sikunir

Pemandangan turun dari Bukit Sikunir. Mobil-mobil diparkirkan di sisi telaga.
Sunrise di Bukit Sikunir mengakhiri petualangan kami di Dieng. Saya berterima kasih kepada teman-teman seperjalanan yang sudah menemani (dan mengantarkan) saya berpusing-pusing ria di Dieng. Unforgetable journey. Artikel ini sekaligus saran 'checklist' lokasi dari saya kepada pembaca. Ada banyak objek di Dieng Plateu, tapi utamanya adalah 10 lokasi diatas. Selamat bertualang. Mari majukan pariwisata domestik (jieeehhh...).

Demikian cerita perjalanan dari saya. Visit Dieng Plateu! Wassalamu'alaikum....


8 komentar:

  1. Luar biasa pak foto-fotonya Dieng, keren abis.

    BalasHapus
  2. s the only thing that can tell you with any assurance that a
    project can move ahead and make money. As adults riding motorcycles, we usually don't even think about steering. Thanks for reading this article about Oregon gem mining on Associatedcontent.

    BalasHapus
  3. Deciding to buy online can result in a huge cost savings while providing you the best options for your hair care needs today.

    Before you go for them, try products at Keranique for hair
    care. Both brands are popular in known hair salons and spas.


    Also visit my webpage :: hair products

    BalasHapus
  4. Make sure to evenly cover your hair, especially the tips.
    The key to getting the most out of a hot oil treatment for hair is
    to continuously use it weekly if you need it or every fortnight and youll definitely see the results.
    Black hair has a distinctive composition that makes it sensitive to breakage.
    1 The oil spill threatens the lives of birds,
    sea otters, and more than 400 other species. These resources side
    by side also promote healthy hair growth and
    hair growth which are preferable to other medications.


    My website: hairstyles for women

    BalasHapus
  5. Natural remedies help the body's immunity system by assisting in the regeneration of good bacteria in the body. As someone who believes in natural healing methods more than the traditional medicine which has its own side effects, I liked the fact that she focuses on natural methods of healing from yeast infection. Located within blocks of the train station where the Tren a las Nubes departs, this stretch of 7 or 8 blocks began 100 years ago as the cultural centre of the city, unfortunately falling into disrepair over the years, then only to be rescued 10 years ago by the city's current mayor.
    Some conditions affect basically one organ or tissue type, others are more widespread.
    Sara Gilbert shared about her new love on her own talkshow, “All these article are out that I'm in a new relationship.

    my web page :: outclassing

    BalasHapus
  6. It is said that the celebrations will greatly add to Egypt flights from other African countries
    as well as western countries with dense Christian population.
    When Muslims and Christians weren't in good terms, Christian monks believe to have escaped the persecution and found a shelter within the walls of the persecuted tombs and temples of ancient Egypt, but ironically, those monks have ripped many of the reliefs on those tombs because they distracted them from practicing their religion, not to mention that the reliefs represented "fake" religion that they didn't want to
    be associated with. Now, many Indian advertising agencies begin to
    pay more attention to Indian Hindi news and this can be led to the increase in
    revenue generation. An animal is substituted at the last minute
    and so God says "ha-ha, fooled you, I was only playing a little joke".
    Easter Island's 'why' question hasn't been satisfactorily answered yet IMHO.


    my blog :: egyptian newspapers

    BalasHapus
  7. The DE particles act to puncture the exoskeletons of most insects,
    mites, fleas, ticks, etcetera, causing them to die by dehydration.
    Use the cultivator to make holes in the soil and turn it up just a little between the
    rows. Try these top five organic garden weed controls that actually
    work.

    Feel free to visit my web blog; mildew

    BalasHapus
  8. The Palestinian leader Mahmoud Abbas' recent drastic reorganization of the national security is one sign to this effect. Creating your own info or e-letter communication could also be considered. It is one of those helpful and useful addiction that every man and woman should have. Newspapers act as the ideal method of public relations due to its strength as the best way of communication. Once the symphony begins, Paul loses himself in the sound as he had in the stuff exhibited in the picture gallery.

    Feel free to visit my webpage click here

    BalasHapus

Komen Anda mencerminkan diri Anda.