Halaman

Rabu, 20 Maret 2013

Mahameru dan Sebuah Rencana

And the awesome adventure begin....
Assalamu'alaikum...
Entah bagaimana awalnya, hingga akhirnya kami berlima merencanakan dan akhirnya berangkat menuju Gunung Semeru. Lima orang pejalan kaki, lima orang yang gemar berbincang, dan empat orang yang suka membekukan waktu dalam sebuah foto, kami. Saya (Miko), Bastian, Vigor, Martin, dan Yosi.
Petualangan dimulai dengan perdebatan kapan kami akan berangkat dan bagaimana kami kesana. Kami memutuskan untuk berangkat tanggal 10 Juli 2012, naik kereta eksekutif dari Stasiun Gambir pukul 17.30 WIB. Eksekutif, dengan alasan agar kami tidak perlu bolos dan absen seperti biasa. Dan alasan kenyamanan juga sih, karena esoknya kami akan langsung mendaki.


Sampai di Stasiun Malang
Singkat cerita, kami sampai di Stasiun Malang pukul 09.30 WIB. Jawa Timur bro, nyampenya siang.
Kami kemudian sarapan di warung rawon sambil menunggu Codet, Ewel. Kower, Palupi, dan Mas Hanung. Lima anggota pendakian lainnya. Kami bersepuluh.
Setelah selesai sarapan, kami langsung nyarter angkot ke Pasar Tumpang. Setelah bernegosiasi, kami mendapatkan angkot ke Pasar Tumpang seharga Rp110.000,00. Kami berangkat dari stasiun pukul 09.50 WIB.
Di angkot, kami berkenalan dan berbincang hal-hal basi, ngomongin orang, dan menjelek-jelekkan atasan kami. Muahahahah....

Pukul 11.30 WIB kami sampai di Pasar Tumpang. Pasarnya sepi pembeli, sepertinya hanya sampai siang saja. Namun suasana di sekitar pasar ramai. Melihat sekeliling, hanya ada satu mobil Hardtop yang terlihat. Mobil yang akan membawa kami ke Ranu Pani. Sebelumnya, kami sudah mencatat sejumlah contact person mobil hardtop. Di Pasar Tumpang, kami bertemu pula dengan pendaki-pendaki lain. Ada yang dari Bandung, ada pula yang dari sekitar Jawa Timur. Jadilah kami sebuah grup besar beranggotakan sekitar 20 orang.
Setelah telpon sana-sini. Dan sempat pula kami menawar sebuah mobil truk. Akhirnya kami mentok pada hardtop yg dari tadi terparkir di depan kami. Tadinya kami mau naik truk, biar bisa muat ber-20. Tapi ternyata truknya terlalu mahal, saya lupa berapa, tapi mahal.
Hardtopnya hanya muat sekitar 15 orang. Kami akhirnya memutuskan untuk membagi dua keberangkatannya. Kami tim Jakarta, dan tim daerah lainnya. Kami bersepuluh berangkat duluan. Sisanya menunggu hardtop lain yg sedang dalam perjalanan. Kami dikenakan biaya Rp400.000,00.
Setelah berbelanja dan beli ini-itu di pasar dan minimarket, pukul 12.50 WIB kami berangkat menuju Ranu Pani.
Bersiap berangkat
Jalanan menanjak, dengan pemandangan elok di kanan-kiri, di sepanjang jalan ke Ranu Pani. Deg-degan, seperti apa puncak tertinggi di Jawa itu? Beratkah perjalanannya?
Kami menyempatkan diri untuk turun dan memfoto Bukti Teletubbies yang berkelok-kelok, kemudian melanjutkan perjalanan.
Bukit Teletubies
Pukul 14.45 WIB kami sampai di Ranu Pani. Suasananya sepi, mungkin karena sudah sore. Kami sempat melihat beberapa kelompok pendaki yang sedang mendaftar di Pos maupun yang sedang re-packing dan bersiap berangkat.
Sholat, makan, dan memeriksa kembali barang bawaan kami. Beberapa dari kami menyempatkan diri untuk menikmati bakso malang yang dijual di sebuah rumah, kata mereka sih enak, tapi berhubung saya tidak suka bakso jadi saya sama sekali tidak tertarik untuk mencobanya. :D
Istirahat, re-packing, dan makan.
Sejumlah jajanan di Ranu Pani.
Posko Ranu Pani nih. Jangan lupa mendaftar.




Inilah ranu-nya Ranu Pani.
Bring it on! Wohooo....!!!
Sebelum berangkat. Berfoto dulu di gerbangnya.
Kami melanjutkan perjalanan menuju Ranu Kumbolo, kami berencana untuk camping disana, di sisi danau legendaris itu. Pukul 15.50 kami mulai perjalanan dari Ranu Pani ke Ranu Kumbolo.
Seperti umumnya pegunungan, jalan menuju Ranu Kumbolo di dominasi oleh hutan tropis dan tentu saja jalan menanjak. Hehehe.... Jalannya berkelok, sehingga tidak diketahui kemana kami berjalan, dan seberapa jauh lagi jaraknya. Akhirnya pukul 17.15 WIB kami sampai di Pos I, perjalanan masih jauh. Kami istirahat sejenak di Pos I. Sekitar 15 menit kemudian Bastian sudah memberikan aba-aba untuk melanjutkan perjalanan.
Istirahat dulu di Pos I.
Perjalanan dilanjutkan, dalam gelap hutan, diterangi cahaya headlamp, diselimuti kabut-kabut. Malam makin larut, untung saya pakai sepatu jadi kaki masih terasa hangat. Perjalanan kami biasa-biasa saja. Gelap malam, dengan sedikit canda tawa, dan istirahat bila lelah mulai datang.
Pukul 20.00 WIB, dari kejauhan kami mulai melihat cahaya-cahaya kecil. Ranu Kumbolo! Dan Bastian pun mem-PHP kami dengan mengatakan bahwa kami sudah dekat. "Sebentar lagi." dan "Lima belas menit lagi." Dan kami balas dengan "Mana sih? Kok gak sampe-sampe?"
Jalannya memutar, kami bisa liat kelap-kelip cahaya di Ranu Kumbolo. Tapi tidak terlihat seperti apa bentuk Ranu Kumbolo maupun tenda-tenda camping mereka. Malah kami merasa sedikit memutar jalan dan makin jauh dengan Ranu Kumbolo. Codet dan Kower ngebut di depan, mereka ngebut agar bisa sampai duluan, bikin tenda dan masak.
Ada jalan berbukit yang harus kami lalui sebelum ke Ranu Kumbolo. Kami istirahat sejenak, karena dari tadi kami berjalan lebih cepat karena menyangka Ranu Kumbolo sudah dekat. Kami duduk di rerumputan, malam gelap gulita, dan satu per satu mulai mematikan headlamp untuk menghemat baterai. VOILA! Kami disuguhi dengan langit gelap bertabur bintang. Kami terdiam, melepas lelah, menikmati keheningan, dan mengagumi langit, ciptaan Yang Maha Kuasa. Ah. Ini tidak direncanakan, tapi walau cuma sebentar, pemandangan langit saat itu sangat berkesan bagi saya.
Akhirnya, Pukul 20.45 WIB kami sampai di Ranu Kumbolo. Yang terlihat hanya camp zone luas dengan tenda-tenda 'menyala'. Ranu Kumbolo hanya terlihat seperti sebuah kolam air dengan kabut-kabut diatasnya. Kami langsung mendirikan tenda, sekitar 2 meter dari danau. Dingin mulai menggigit-gigit kulit saya. Panas tubuh mulai turun. Kami pun lebih bergegas dan lebih kompak lagi dalam mendirikan tenda, biar cepet jadi dan bisa segera masuk untuk istirahat dan menghangatkan diri.
Tenda selesai dibangun. Kami beristirahat di dalam tenda sambil menunggu Codet, Kower, Ewel dan Palupi memasak. Salut. Dalam keadaan lelah sehabis berjalan jauh, mereka masih bisa memasak untuk kami. Grazzie. :D
Selesai makan. Kami langsung tidur, melepas lelah dan bersiap untuk hari esok. Day 1, accomplished.
Tetangga tenda di Ranu Kumbolo.
Tenda kami sekitar 1.5 meter dari danaunya.
Team chef yang sedang masak sarapan.
Eksotisme Ranu Kumbolo. Duduk-duduk sambil melihat refleksi langit di air danau.
Tanjakan Cinta, nanjaknya bikin ngos-ngosan.
Berfoto full-team di Ranu Kumbolo.
Hosh...hosh...hosh.... Tanjakan Cinta.
Hari Kedua. Pagi-pagi sekali para koki tim kami sudah mulai memasak. Sementara yang lain menikmati keindahan Ranu Kumbolo dan sekelilingnya. Suasananya ramai sekali, para pendaki lain juga sudah mulai memasak. Bahkan ada yang sudah membongkar tenda mereka untuk melanjutkan perjalanan. Setelah selesai mengabadikan setiap sudut Ranu Kumbolo, Saya bergabung bersama yang lain untuk sarapan. Saya meletakkan sandal sebagai alas, kemudian duduk menghadap Ranu Kumbolo dan mulai menikmati sarapan Saya. Itu adalah sarapan di lokasi yang sangat indah, air yang memantul cahaya, langit biru, dan sinar matahari pagi yang hangat. Marvelous!
Selesai makan, kami langsung packing dan membongkar tenda. Pukul 10.00 WIB kami mulai melanjutkan perjalanan. Baru mulai jalan, kami harus langsung tancap gas. Tanjakan Cinta! Tak seindah kelihatannya, kemiringannya membuat nafas tersengal-sengal. Dari yang tadinya sok-sokan ngebut, akhirnya saya mulai istirahat, jalan sebentar, istirahat lagi. Begitu terus hingga akhirnya sampai di atas. Sempat terpikir, "Gila. Tanjakan Cinta aja ngos-ngosan gini gue. Gimana muncaknya?!!!"
Jalan sedikit, kami langsung disuguhi pemandangan indah lainya: Oro-oro Ombo. Tanah lapang dengan leverder yang tingginya menenggelamkan kami. BTW, itu beneran lavender kan ya? Yang warnanya ungu gitu kan? Hehe...

Oro-oro Ombo sing ombo tenan.
Yang foto, yang foto..... Puncak Semeru sudah mengintip dari punggung gunung.
Codet yang tenggelam diantara lavender Oro-oro Ombo.
Foto dulu sebelum lanjut.
Saya pilih jalur memutar, Codet belok ke kanan, turunan yang terjal.
Setelah melewati Oro-oro Ombo dan menyaksikan Mahameru yang 'mengintip' dari balik bukit, kami sampai di Cemoro Kandang. Padahal Oro-oro Ombo itu datar, tapi tetap saja kami merasa butuh istirahat saat sampai di 'pintu' Cemoro Kandang.
Cemoro Kandang, sejuk sekaligus gerah.
Porter
Walaupun gak terlalu menanjak, tapi trek yang panjang bikin kami beberapa kali harus beristirahat di sepanjang Cemoro Kandang.
Memasuki wilayah Jambangan. Deg-degan liat Mahameru yang diselimuti kabut.
Jambangan
Selesai istirahat, kami melanjutkan perjalanan melewati Cemoro Kandang. Sebenarnya tidak terlalu mendaki, tapi mungkin karena udara panas, kami jadi cepat lelah dan sebentar-sebentar istirahat. Hingga kemudian sampailah kami di Jambangan. Mahameru yang gagah timbul-tenggelam disembunyikan awan dan kabut. Saat itulah Saya baru sadar, Mahameru yang Saya lihat di internet, dan saya bayangkan, tidak semudah yg Saya kira. Isinya hanya pasir dimana-mana, itupun ditambah dengan kemiringan yang terlihat mustahil untuk dilewati.
Pukul 13.30 WIB kami sampai di Kalimati. Eidelweis di sini lebat. Luas dan hijau sekali. Kami lalu mendirikan tenda di dekat pos jaga. Selesai membuat tenda dan beres-beres, Saya dan Martin mulai menjelajah Kalimati dan melihat Mahameru. Lagi. Saya merasa ragu bisa mencapai puncaknya. Saya mengira bahwa nanti kami akan mendaki melewati punggung gunung, dari kanan atau kirinya. Karena di sisi tersebut kemiringannya masih 'masuk akal', namun sempat pula berpikir "Kalo lewat situ, nyampe puncaknya kapan?!"

Menuju Kalimati
Sampai di Kalimati.
Campzone Kalimati
Campzone dari sisi lain.
Saya dan puncak Mahameru.
Puncak Mahameru, menantang dari Kalimati.

Selesai menjelajah, bersih-bersih, dan makan, kami tidur. Malam ini kami akan mendaki menuju puncak tertinggi di Jawa. Nervous, malah bikin ga bisa tidur. (-,,-")
Tapi akhirnya bisa tidur juga sih. Kemudian kami bangun pukul 22.00 WIB. Mengisi energi dengan makan mie instan. Sayang sekali, perut manja saya susah menerima kehadiran nasi dingin dan mie instan, akhirnya Saya cuma makan sedikit.
Kami keluar dari tenda dengan pakaian lengkap dan bersiap berangkat. Kami kemudian berdoa, memohon pada Penguasa Langit dan Bumi agar diberi kekuatan dan keselamatan. Selesai berdoa, rupanya tetangga sebelah kami meminta kami untuk mendaki bersama mereka. Ditambah dengan 5-6 orang dari tenda sebelah, jadilah kami satu kelompok besar. Pukul 23.00 WIB, summit attack dimulai.
Dimulai dari Arcopodo, jalur pendakian yang seperti gunung-gunung lainnya. Berundak-undak dan menguji ketahanan stamina dan lutut kami. Berdebu, sehingga kami harus menggunakan masker. Kemudian kami sampai di suatu tempat, sepertinya bekas longsoran tanah, karena berbentuk seperti jurang yang patah dengan tanah tempat kami istirahat. Langit cerah bertabur bintang, dan kelap-kelip lampu-lampu kota.
Kemudian sampailah kami di batas vegetasi. Disinilah pederitaan dimulai. Jalur pasir, cukup dalam untuk menenggelamkan sampai ke mata kaki. Setiap langkah terasa percuma karena kaki-kaki Saya kembali ke posisi semula. Rasanya seperti jalan ditempat. Dari awalnya 5 langkah-istirahat, hingga kemudian menjadi selangkah-istirahat. Mungkin karena faktor kelelahan dan kurang istirahat, lokasi yang tinggi dengan udara tipis, jalur yang berasa jalan ditempat.
Saat naik, rasanya berat sekali, tanah yang dipijak terlalu miring. Saat istirahat pun saya harus 'menanamkan' kaki saya dulu. Untuk bisa duduk saya harus mencari batu besar, atau setidaknya pasir yang masih menggumpal besar untuk diduduki. Saat menemukan batu besar untuk istirahat, saya duduk, kemudian melihat ke bawah. Yang terlihat hanya kelap-kelip headlamp dari pendaki yang di bawah. Kemiringannya, luar biasa sekali.
Berniat untuk membarengi Vigor, saya terus berjalan selangkah demi selangkah. Sampai kemudian saya merasa lelah sekali. Rasanya sudah tidak bisa lagi berjalan. Dalam kondisi sangat lemah itulah saya mulai mengingat satu-persatu orang-orang yang saya cintai, dan kemudian sadar betapa berharganya mereka. Bulan sabit tampak tersenyum di sisi kiri Saya, sinarnya sedikit, tapi mampu membuat saya bisa melihat ke sekeliling. Rasa takut sempat pula menyelimuti. Jalur pendakian hanya selebar 2-3 meter, di samping kanan-kiri jalur berbentuk seperti jurang yang pasti mampu 'mengantarkan' Saya ke bawah.
Sendirian, Saya terus berjalan hingga akhirnya menemukan batu untuk duduk. Saya berniat duduk di situ sambil menunggu teman-teman yang lain. Namun hawa dingin yang menusuk berhembus bersama angin. Saya rasa Saya tidak akan bisa bertahan lebih lama lagi di batu itu.
Kemudian terdengar suara dari atas saya, dibalik batu besar yang saya kira tak ada orang. "Sendirian mas?" Tanya bayangan itu, kami kemudian berbincang sebentar. Ternyata dia dan empat orang temannya sedang istirahat pula diatas saya. "Ayo mas, dilanjut." Saya tidak menjawab, langsung bangkit dan mengikuti 5 orang tersebut. "Ayo mas dikit lagi." Katanya setiap melihat saya istirahat. Begitu terus hingga akhirnya dia mengatakan sesuatu yang membuat saya serasa hidup lagi, "Puncaknya ada dibalik batu itu mas." teriaknya.
Dengan gontai, saya ikuti mereka dari belakang. Hingga akhirnya, saya sampai di tanah berbatu, luas, dan dengan angin yang dingin sekali. Ini puncaknya, ini mahameru, ini tanah tertinggi di Jawa. Saya berjalan ke tepi Mahameru, "Jam berapa mas?" tanya saya kepada seorang yg asing, "Jam 05.03 mas."
Berangkat pukul 23.00 WIB, saya sampai dipuncak Mahameru pukul 05.03 WIB. Setelah sujud syukur, kemudian saya sholat subuh. Menggelar slayer orange saya yang penuh dengan ingus, saya sholat subuh di puncak tertinggi di Jawa.
Selesai sholat saya memfoto pemandangan sekeliling Mahameru, beberapa saat kemudian Vigor sampai di puncak. Kemudian yang lain menyusul. Kami berfoto dan menikmati pemandangan serta menikmati keberhasilan kami. Mahameru.
Sampai di puncak pukul 05.03 WIB, ini sambutan dari langit Mahameru.
Foto puncak paling drama. Great job Yosi! :D
Galau di puncak tertinggi di jawa. Sekarang Saya tau apa yg digalaukan. :P
Para srikandi yang berhasil sampai puncak Mahameru.
Pemandangan dari puncak ke arah Ranu Kumbolo.
Tanggal 16 Desember 1969, Soe Hok Gie meninggal di Mahameru akibat menghirup asap beracun.
Puncak Mahameru di pagi hari, membentuk bayangan segitiga yang menutupi sebuah desa.
Mahameru dan para pemuncak.
Pendaki Pengadilan Pajak, pendakian ketiga, sekaligus peresmian organisasi yang masih mini ini. :D
Tempat berlindung di hari tua, sampai akhir menutup mata...

Pulang
Setelah puas menikmati keberhasilan dan pemandangan Mahameru, sekitar pukul 08.00 WIB kami turun dari puncak Mahameru. Turun yang benar-benar berbanding terbalik dengan waktu naik. Naik penuh peluh, lapar, dingin, dan air mata. Turunnya malah tinggal nyerosot. Kami menyebutnya dengan 'sand-skating'. Wohooooo!!!
Speechless liat kemiringan dan trek turunnya. Miko: "Bas, ini turunnya gimana?" Basti: "Ya tinggal turun aja." Miko: "......."
Wohoooo!!! Sand-skating dari puncak tertinggi di Jawa. Tinggal benamkan kaki di pasir, dan serahkan sisanya pada gravitasi bumi. I LOVE GRAVITY!!!
Foto trek naik puncak Mahameru dari bawah.
Pukul 10.00 WIB. Tent sweet tent. Setelah sampai di Kalimati, entah kenapa sulit sekali rasanya menahan senyum. Puas sekali dengan pendakian kali ini.
Kami menginap semalam lagi di Kalimati. Menikmati lelah di alam yang segar. Menikmati dingin sebelum kembali menantang panas matahari Jakarta. Dan menikmati air segar di Sumber mani.
Sumber air di Kalimati, sekitar 15 menit dari campzone. Airnya layak untuk minum, masak, dan membersihkan diri.
Tanggal 14 Juli 2012, pagi hari kami packing dan pukul 09.35 WIB kami mulai perjalanan pulang kami dari Kalimati.
Pukul 11.00 WIB. Ranu Kumbolo dari atas Tanjakan Cinta. We meet again!
Sempat menoleh kebelakang, lalu melihat Ranu Kumbolo dari sisi yang berbeda. Waktu berangkat, kami sampai di sini malam hari, jadi angle ini baru kami lihat saat pulang.

Pukul 14.35 WIB. Adios Semeru! Thank you for the great adventure!
Mobil yang kami gunakan untuk transportasi dari Tumpang ke Malang. Mobil yang sama yang digunakan Pevita Pearce dan Raline Shah saat syuting film 5 CM. Wohooo...

Setiap pendakian punya cerita tersendiri. Punya pelajaran yang bisa dipetik. Begitu pun dengan perjalanan kali ini. Semeru, mengajarkan saya tentang keberanian, tentang mimpi yang harus diwujudkan, tentang apa yang paling berharga dari hidup ini. Terima kasih Semeru. Sekarang, Aku pulang untuk mewujudkan mimpi besarku. Adios Semeru!
Wassalamualaikum....

Resume:
Lini Masa:
Tanggal 10 Juli 2012
17.30 WIB Berangkat dari Stasiun Gambir - Jakarta.

Tanggal 11 Juli 2012
09.50 WIB Sampai di Stasiun Malang, sekitar 30 menit kemudian berangkat ke Pasar Tumpang.
11.28 WIB Sampai di Pasar Tumpang.
12.50 WIB Berangkat dari Pasar Tumpang ke Ranu Pani.
14.45 WIB Sampai di Ranu Pani.
15.50 WIB Pendakian dimulai dari Ranu Pani.
17.15 WIB Sampai di Pos I. Ada 4 pos. Yang berikutnya tidak tercatat waktunya.
20.45 WIB Sampai di Ranu Kumbolo.

Tanggal 12 Juli 2012
10.00 WIB Berangkat dari Ranu Kumbolo.
13.30 WIB Sampai di Kalimati.
23.00 WIB Summit Attack!!!

Tanggal 13 Juli 2012
05.03 WIB Sampai di puncak tertinggi di Jawa, Mahameru.
08.00 WIB Turun dari puncak.
09.35 WIB Sampai di Kalimati.

Tanggal 14 Juli 2012
10.35 WIB Berangkat pulang dari Kalimati.
11.00 WIB Sampai di Ranu Kumbolo.
11.30 WIB Melanjutkan perjalanan dari Ranu Kumbolo.
14.35 WIB Sampai di Ranu Pani.
15.30 WIB Berangkat pulang dari Ranu Pani.
17.00 WIB Sampai di Pasar Tumpang.

Pengeluaran
Sewa angkot Stasiun Malang - Pasar Tumpang Rp110.000,00
Hardtop Pasar Tumpang - Ranu Pani Rp400.000,00
Registrasi 10 orang Rp72.000,00
Hardtop Ranu Pani - Pasar Tumpang Rp300.000,00
Sewa angkot Pasar Tumpang - Malang Rp100.000,00




8 komentar:

  1. :wow
    :matabelo
    :ngiler
    :tidak
    :D

    BalasHapus
  2. keren... keren.. pengen coba jadinya

    BalasHapus
  3. keren... keren.. pengen coba jadinya

    BalasHapus
  4. bisa minta contak persennya yang sewa hardtop?
    terimakasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kami dulu gak pake nelpon mas, hardtop yg ada disitu langsung ditawar. Hehe....
      Sekarang kayanya aturannya beda deh.Coba gugling nomer basecamp-nya gan. :D

      Hapus
  5. WNBA - Bet on Basketball in MapYRO
    Basketball in MapYRO. Bet on Basketball. Place your NBA bets on the sia titanium best titanium bmx frame basketball teams revlon titanium max edition and tournaments around the world. We have 출장샵 a huge mens titanium necklace variety

    BalasHapus

Komen Anda mencerminkan diri Anda.