Assalamu'alaikum pembaca yang budiman....
Saat aku kecil, tak pernah terbayangkan dalam benakku suatu saat aku akan banyak mengunjungi wilayah-wilayah selain kampungku. Kampung kecil yang dikelilingi sawah dan kebun. Kampung kecil yang hanya berisi 30 Kepala Keluarga. Aku yang dahulu hanya bercita-cita menjadi buruh pabrik di Tangerang, sekarang malah menjadi juru ketik di Ibukota Jakarta, semuanya lebih baik dari yang aku bayangkan dahulu.
Takdir tidak kejam seperti yang dinyanyikan Dessy Ratnasari, justru suratan takdirlah yang membuat semua ini terjadi. Takdir pula lah yang membawaku terbang ke Sulawesi Utara, negeri yang tak pernah kubayangkan akan aku kunjungi.
Udahan pake bahasa resmi nan puitisnya. Mari kita mulai cerita perjalanannya.
Dulu, gue bagai katak dalam tempurung yang mengira bahwa negeri ini hanya Lampung dan Jakarta. Tapi kemudian takdir membawa gue ke Pulau Jawa, Jawa yang bukan cuma Jakarta. Gue melihat hal-hal yang berbeda saat pertama kali berkunjung ke rumah mbah di Kebumen dan mampir ke Jogja. Lalu takdir membawa gue kembali ke Sumatra, tepatnya Sumatera Barat. Negeri asing yang berbeda dari kampung gue. Lebih jauh lagi, takdir menerbangkan gue ke Pulau Sulawesi, di Sulawesi sebelah utara.
Berangkat ke bandara jam 16.00 WIB dari kantor, gak kebayang bakal kejebak macet di tol bandara. Berangkat jam 16.00 WIB, pesawat terbang jam 18.15 WIB, dan jam 17.30 WIB masih ditengah kemacetan tol bandara! Namun dimana ada kesulitan, Alloh memberikan jalan keluar, ada mamang-mamang ojek mangkal di sisi tol bandara. Tau aje ni abang klo bakal banyak yang kejebak macet dan membutuhkan jasanya.
"Ke Terminal 2F berapa bang?"
"Mapuluh rebu."
Buset mahal amat, namun akhirnya nego-nego itu berakhir dengan 100rb bertiga-tiga motor. Abangnya lincah membawa kami menyusuri jalanan bandara, ternyata Terminal 2F jauh saudara-saudara. Pantesan abangnya minta mapuluh rebu. Sampai di bandara, kami bertiga harus lari-lari kecil di bandara. Ke-hectic-an yang mengingatkan gue waktu ngejar pesawat ama Vigor dari Padang ke Jakarta. Lari-lari itu berakhir dengan delay pesawat 15 menit. Entah harus kesel atau enggak, tapi saat itu yang ada di pikiran gue cuma excitement mau jalan-jalan jauuuhhhh.
Gue lirik lagi tiket di kantong, berangkat 18.30 WIB, tiba 22.30 WITA. Three hours flight is not that bad, I can sleep all flight long. Ternyata, badan yang capek, plus sedikit goyangan langit, bikin gue nyaris KO. Buset baru tau klo penerbangan 3 jam itu melelahkan banget, beda dengan 3 jam perjalanan mobil. Dan gue langsung merasa meriang selama penerbangan.
Pukul 23.00 WITA lebih-lebih dikit sampailah kami di Bandara Sam Ratulangi - Manado. Alhamdulillah ya Alloh.... Baru turun, gue langsung ngebayangin nanti naik pesawat pulang ke Jakarta. Rrrr.....
Sampai sana kami udah dijemput, untuk mengisi perut kami makan nasi kuning yang entah kenapa enak banget. Kami kemudian dibawa ke penginapan murah dekat di dekat Hotel Grand Puri Manado.
Day 1
Pagi-pagi kami diantarkan ke sebuah warman, Warung Manado. Gue dengan pedenya ikutan mesen Tinutuan, makanan khas Sulut yang sering disebut Bubur Manado. Terbuat dari campuran labu kuning, bayam, jagung manis, dan lainnya. Waktu ngebayangin sih enak, tapi pas makanannya dateng dan gue cicipin. Hmmm.... Gak cocok nih ama lidah gue. Ditambah perut gue yang kenyang karena udah overlap duluan makan nasi goreng di penginapan sebelum makan tinutuan. Hhhhh....
Tapi! Di warman ternyata ada Nike, cara bacanya bukan kaya merk sepatu ataupun kaya nama penyanyi. Nike dengan huruf E dibaca sama dengan bebek. Technically nike itu bakwan sih. Tapi enak banget, campur ikan roa tapi gak amis bakwannya. Duh ngiler gue ngetiknya.
Perjalanan dilanjutkan. Kami melewati jalanan berbukit yang.... Hhhhh.... Kenapa gue gak penempatan di daerah seindah itu sih?! Jalanan naik-turun bukit, tidak terlalu banyak mobil, dan tidak ada pengendara motor alay. Ah klo naik mobilnya kaya gitu ya kemana aja hayuk!
Sampailah kami di sebuah bukit, dan gue baru tau nama bukitnya sekarang (waktu ngetik-red), namanya Bukit Doa Tomohon. Masyaalloh... Udah sampe Tomohon aja gue, sejarah baru dalam hidup gue.
Bukit Doa Tomohon (BDT) adalah sebuah bukit dengan pemandangan indah yang peruntukannya untuk kegiatan ibadah umat kristiani. FYI, menurut Wikipedia umat kristiani di Sulut mayoritas Kristen Protestan. Dan gue baru tau hal tersebut waktu pertama kali ke Sulut. Hehe.... Balik lagi ke BDT, karena lokasinya diatas bukit, pemandangan dari BDT bagus banget sob. Cekidot aja foto di bawah.
Kami melanjutkan perjalanan ke Tondano. Rrrrr.... Kota lain dalam list kota yang pernah gue kunjungi. Hehe.... Dari atas bukit, perjalanan menurun. Sampailah kami di Kota Tondano, ternyata di situ lagi ada festival Jaton. Jaton itu Jawa Tondano, orang-orang suku jawa yang tinggal menetap di Tondano selama bertahun-tahun. Keren ya?! Bhinneka Tunggal Ika banget lah. Sayangnya kami gak bisa mampir dan melihat festival tersebut, kami malah diajak ke rumah seorang pengrajin pisau dan golok di Tondano.
Kemudian sampailah kami di sebuah tempat luas, sawah-sawah gitu, tapi kaya rawa-rawa, kaya tambak juga. Bingung jelasinnya.... Di sepandang jalan, banyak rumah-rumah kayu yang dibangun dengan apik. Katanya sih vila yang disewain gitu sob. Ah setu kayanya nginep disitu. Tapi kami cuma lewat doang. Hhhh.....
Sebuah kolam amat besar terlihat dari atas, Danau Tondano. Kami mampir di rumah makan untuk makan siang. Makan di tepi Danau Tondano, cihuy banget kan. Sayangnya gue gak dapet angle yang bagus untuk memfoto Danau Tondano. Kemana-mana ada rumah, dan sorry to say rumah-rumah di tepi Tondano membuat danau tidak terlihat indah. Lagian saat itu langit mendung. Hhhh.... Eh tapi makanannya enak lho. Murah pula!
Siang berganti sore, kami sampai di Pusat Kebudayaan Sulawesi Utara Pa' Dior. tempatnya terdiri dari beberapa museum dengan tema berbeda. Ada museum Kain Pinawetengan, Museum Narkoba, dan lain-lain. Gue masuk ke museum kain, isinya kain berwarna-warni dengan motik cantik. Disini juga bisa liat cara pembuatan Kain Pinawetengan. Lalu gue masuk ke Museum Pinawetengan, luar biasa, serasa masuk ke kapsul waktu. Beragam koleksi yang menunjukkan seperti apa sih Sulawesi Utara di masa lampau. Sebagai penggemar sejarah, tempat ini membuat hati gue bergetar-getar. Halah. Hehehe....
Oiya di tempat ini juga ada mushola lho.
Malam sudah mengintip dari balik langit, kami melanjutkan perjalanan ke Kota Airmadidi di Kabupaten Minahasa Utara. Cihuy nambah lagi daftar kotanya. Hehe...
Di sini kami mampir di sebuah pemandian air hangat. Gue kira karena udah malem ya bakal sepi gitu ya. Eh gak taunya rame bener, dan pemandiannya juga hmmm.... Mungkin masih baru kali ya, jadi cuma ada 1 kolam besar dan ada beberapa kamar mandi yang bisa dipakai per orang atau kelompok. Trus ntar di dalem mandi deh. (Ya iyalah...) Gue akhirnya memutuskan untuk gak jadi mandi dan menikmati sore di Airmadidi sambil makan pisang goreng dicocol sambel.
Waktu balik ke penginapan, kami yang bawa mobil sendiri, nyasar. Wkwkwkwk.... Jauh-jauh ke Manado, ada juga cerita gue nyasar. Kami tadinya ngikutin mobil saudara dari belakang. Karena ngobrol dan gak konsen, kami tersadar, mobil yang daritadi kami ikutin bukan mobil saudara kami. Ngikutin sampe ke dalem-dalem, pas mobilnya sampe rumah, barulah kami sadar itu bukan sodara kami. Wkwkwkwk.... Untungnya jalanan di Manado gak terlalu rumit, setelah bertanya-tanya jalan, sampailah kami di kota Manado.
Tinutuan khas Manado |
Golok-golok made in Tondano |
Vila di Tondano |
Danau Tondano |
Day 2
Hari yang bersejarah tiba, gue akhirnya pergi ke Bunaken! Wohoooooo.... Bangun pagi, sarapan, dan berangkat ke pelabuhan yang cuma 15-20 menit dari penginapan.
Pelabuhan kecil di Marina Plaza, dengan perahu-perahu berderet di sisinya. Setelah booking perahu, kami berangkat ke Pulau Bunaken. Ternyata deket, gak sampe 30 menit kami udah sampe di pelabuhannya. Hmm... Bibir pantainya kurang bagus ya, ditambah lagi lapak-lapak penjual dan penyewaan perlengkapan snorkeling. Kumuh dan gak teratur. Dalam hati sempat bertanya "Ini Bunaken yang terkenal sampe luar negeri?" Coba klo dibibir pantai dibiarkan tetap pasir, trus dikasih pedestrian luas buat jalan-jalan menyusuri pantai, pasti seru.
Setelah membayar retribusi, kami menyewa perlengkapan snorkeling. Kemudian ganti baju, foto-foto di tugu Bunaken, kami nyebur ke spot snorkeling yang deket banget-nget dari pantainya. Tinggal ngesot juga sampe, tapi naek perahu ngesotnya.
Pakai perlengkapan lengkap, kami diberikan panduan kilat cara snorkeling. Gue sebelumnya udah pernah snorkeling di Pulau Seribu, udah tau teori dasarnya, dan tau klo gue paling sering salah ambil nafas.
Berbekal biskuit, gue mulai snorkelingan sambil nyebar-nyebarin biskuit. Seru! Airnya bening banget, ikannya banyak, tapi terumbu karangnya gak bagus sih. Katanya yang bagus beda lagi spotnya, beda lagi bayarnya. Yaudahlah, walau sedikit kecewa tapi lumayan lah. Yang ini juga seru! Agenda yang gak boleh dilupakan, foto. Wkwkwk.....
Pemandangan yang indah, mengobati kekecewaan gue karena gak bisa mampir di spot terumbu karang yang bagus. Gue snorkel kesana-kesini, sementara instruktur sibuk ngajarin temen gue berenang. Wkwkwkwk....
Tanpa sadar ternyata disitu ada semacam palung yang dalem, saking dalemnya ampe gelap bener. Saat yang lain seru-seruan foto di tepi palung, gue.... No thanks. Wkwkwkwk....
Selesai snorkeling dan bilasan, kami menikmati suasana pantai sambil makan siang. Ah penget banget nginep di sini, seru kayanya bangun tidur trus ngeliat laut dengan air yang bening itu. Kami pergi meninggalkan Bunaken dan kembali ke Manado. Adios Bunaken, adios beautiful....
Sampai di penginapan kami istirahat. Dari siang sampai sore memang gak ada agenda kemana-mana. Cukup Menikmati Manado dari penginapan. Hehe.....
Pelabuhan tempat penyewaan kapal |
Beli karcis masuk dulu. |
Heaven on earth |
Setelah sarapan dan mandi, pagi-pagi kami langsung meluncur ke Danau Linow. Jam 09.00 WITA kami sudah sampai di TKP. Tempatnya asyik banget, cocok buat santai duduk-duduk sambil ngobrol sama temen-temen. Walaupun bisa dibilang objek wisatanya belum jadi banget, tapi udah bisa dinikmati, lengkap dengan cafe dan toiletnya yang bagus.
Di tepi-tepi danau kita bisa melihat tanah yang berasap, wajar karena memang di danau ini panas buminya dimanfaatkan oleh Proyek Tenaga Listrik Panas Bumi Lahendong. Tiket masuknya murah, klo gak salah Rp10.000. Tapi karena lokasinya jauh dari pemukiman, klo kesini harus bawa kendaraan sendiri. Yang bikin betah, di sini tempatnya gak terlalu rame, padahal weekend lho. Nah, tempat ini klo terlalu rame malah jadinya gak seru. Hehe....
Perjalanan kami lanjutkan menuju Bitung. Lokasinya jauh banget sob dari Minahasa, ampe capek duduk di mobil. Siang sekitar jam 12.00 WITA kami sampai di Kota Bitung. Di luar dugaan, berbeda dengan kota yang kami lewati , Kota Bitung adalah sebuah kota yang ramai, sebuah kota pelabuhan. Miapah ini gue baru tau klo ada kota pelabuhan yang namanya Bitung di Indonesia!
Kami mampir di sebuah warung makan yang menyediakan ikan laut sebagai menu utamanya. Beuh! Ikan bakar dan pindangnya sedep banget sooobbbb.... Warungnya dekat perempatan besar, sayang gue lupa namanya. Recommended lah buat mengobati kelaparan ataupun wisata kulineran. Dan seperti daerah pesisir pada umumnya, ikan di sini murah sob. Jadi mau nambah makan juga gak was-was. Heheh....
Perjalanan kami lanjutkan ke pelabuhan Bitungnya. Ternyata kami dibawa ke kebun binatang mini ditepi pelabuhan, namanya Taman Margasatwa Tandurusa. Ya walaupun gak lengkap dan 'belum jadi', perjalanan kesini sangat berkesan karena pemandangan alamnya asli keren banget, dan di sini juga kami bisa melihat langsung Kus Kus dari jarak dekat, primata terkecil di dunia yang imut-imut itu.
Kami juga sempat bertemu dengan turis asing, baik yang bule maupun yang dari Tiongkok. Bangga juga liatnya. Ya walaupun sangat disayangkan tempatnya belum berbentuk tempat wisata ya. Dan lagi-lagi tempat ini gak terlalu rame, jadi seru bisa menikmati wisata dengan syahdu.
OK! Puas dari Bitung, kami kembali ke Manado. Walaupun capek, tapi rugi banget rasanya klo gak liat-liat pemandangan kota-kota Sulawesi Utara. Akhirnya ya sepanjang perjalanan sama sekali gak tidur dan asyik menikmati Sulawesi Utara. Sekedar tips, di Sulawesi Utara agak sulit ditemui masjid atau mushola, tapi saat merencanakan perjalanan, jangan lupa tentukan dimana waktu dan tempat-tempat sholatnya.
Malamnya kami hang-out ke Manado Town Square (Matos), tempat hang-out kekinian di Manado. Walau mallnya kecil dan cuma 3 lantai, tapi rame lho pengunjungnya. Letaknya di tepi pantai. Di situ gak cuma mall, tapi semacam komplek belanja. Di luar Matos ada McDonald dan KFC yang ternyata jadi tempat gaul anak muda kekinian di Manado. Banyak motor-motor berderet, mungkin semacam geng motor tapi bukan dalam arti negatif ya. Bukan anak-anak motor yang begajulan, mereka cuma nongkrong asoy ama temen-temennya.
Kami makan malam di restoran di tepi pantai, masih di komplek Matos.
Gue dan dua temen gue jalan kaki ke sebuah toko souvenir dan oleh-oleh, sayang gue lupa namanya. Setelah membeli oleh-oleh, kami balik ke penginapan dan bersiap untuk penerbangan besok subuh.
Danau Linow dan cafenya yang syahdu |
Cemilan khas Sulawesi Utara, pisang goreng dan singkong goreng plus sambal ikan roa |
03.30 WITA kami sudah berangkat ke Bandara Sam Ratulangi. Gue lupa jam berapa tepatnya penerbangan gue. Bandaranya cukup bagus. Walau toiletnya hmmm.... Sempet sholat subuh juga di bandara sebelum berangkat pulang ke Jakarta.
Pukul 08.00 WIB lebih dikit kami sampai di Jakarta. Selesai sudah perjalanan kali ini, 3 jam perjalanan tak mengurungkan niat untuk langsung kangen dengan Sulawesi Utara. Hehehe....
Semoga ada rejeki untuk kesana lagi. Amin.
Wassalamualaikum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komen Anda mencerminkan diri Anda.